Sunday, 27 November 2016

Puternya Wana Wana

Sesuai nama blog ini 'wana wana' yang artinya hutan, kami ingin membuat pekarangan kami, walau kecil, tapi bernuansa hutan, dengan banyak pohon yang memberikan kesejukan, kolam akuaponik dengan suara gemericik seperti sebuah sungai dan hewan piaraan dengan tingkah lucu dan suara khasnya. 
Dan sekarang, keluarga kami bertambah lagi yaitu sepasang burung puter. Kehadiran burung puter membuat susana pekarangan kami menjadi lebih hidup, karena suara khasnya sering terdengar tanpa kenal waktu yang membuat suasana menjadi lebih nyaman.
Kami memelihara puter karena terbawa suasana di desa, di tempat eyang kami semasa kecil. Saat liburan sekolah, kami sering menghabiskan waktu di tempat eyang/simbah di Gunung Kidul, ada secuil kenangan dimana saat bangun pagi, di celah dinding gedek, sinar matahari menembus hingga terlihat begitu indah, bahkan terlihat jelas butiran debu yang beterbangan dan lebih dari itu, dari balik dinding gedek itu pula, terdengan suara burung puter   kuk gerukkkk kook... kuk gerukkkkk kook... Suasana itu benar-benar terekam sampai saat ini.   
Kami membeli burung puter dari seorang teman, harganya waktu itu Rp200.000,- sepasang, mungkin terbilang mahal, tapi tak apalah yang penting kami suka he... Awalnya kami pelihara di kandang kecil, tapi lama-lama merasa kasihan karena geraknya terbatas, tidak bisa terbang kesa kemari dan setiap kali bertelur, telurnya pecah. Pernah kami buatkan tempat khusus dan telurnya dierami tapi setelah menetas mati. 
Nah sekarang, dengan modal kurang lebih sekitar Rp300.000,- kami membuat kandang polier, memanfaatkan sisi timur rumah kami yang tersisa. Pengerjaan memang lama, karena mencari waktu luang tapi pada akhirnya bisa selesai he...


Memang susah mengerjakan sendiri karena bukan ahlinya
 tapi puas he..

Ada hal hal yang menarik yang kami ketahui dari puter setelah memeliharanya, antara lain:
1. Membedakan puter jantan dan betina dari ciri fisik luarnya ternyata sangat susah, sampai sekarang kami belum menemukan he..
2. Saat mengerami telur, baik jantan dan betina ternyata bergantian, kami pernah melihat langsung saat mereka bergantian untuk mengerami.
3. Baik jantan dan betina, keduanya bisa manggung, jadi saat semua manggung bersama terdengar sangat menyenangkan.
4. Burung puter termasuk jinak dan bersahabat, kami pernah mencoba memberi makan menggunakan tangan istilah kerennya handfeeding kalo gak salah, mereka mau mendekat dan makan biji yang ada di tangan.
5. Puter manggung tak kenal waktu, bahkan pagi dini hari pun akan manggung, dan itu sering terdengar. 
6. Telur burung puter selalu 2 biji, tidak kurang tidak lebih, tapi keluarnya tidak di hari yang sama.
7. Akan diisi kalo sudah menemukan hal unik yang lain he.... 



Tirta anak kami pun senang bisa bermain
dengan burungnya dengan leluasa


Menyenangkan rasanya, mereka berani mendekat.


Selang beberapa hari setelah burung kami pindah ke kandang, akhirnya betelur lagi, kali ini kami berharap bisa menetas. Ada yang unik, setelah bertelur, burung pasangannya terbang ke sana kemari mencari dedaunan kering untuk digunakan sebagai sarang, mengetahui hal itu, kami coba masukkan rumput ke kandang dan membiarkan burung tersebut memilihnya sendiri.


Salah satu burung mencari rumput untuk sarang.


Puter dan telurnya.


Harapan kami supaya telur menetas sangat tinggi, untuk itulah setiap hari kami memastikan telur masih ada dan dierami. Ternyata harapan itu memang menjadi kenyataan, pada tanggal 23 november 2016, terlihat anakan burung puter, tapi masih satu, selang dua hari kemudian baru terlihat anakan yang lain. Jika dihitung mulai dari awal kami melihat telurnya dan awal kami melihat anakan puter dari telur yang menetas pertama, kira kira lebih dari 15 hari, dan jarak antara telur pertama dan kedua menetas sekitar 2 hari. Tentu kami sangat senang karena burung puter kami bertambah banyak.


Selamat datang puter kecil. 


Mereka berdua bersama sama menjaga anaknya.

4 Desember 2016


Melihat perkembangan anakan puter ternyata menyenangkan, sama seperti saat mengikuti perkembangan ayam. Ada hal yang selama ini menjadi pertanyaan yaitu, bagaimana induk puter memberi makan anakan puter yang baru menetas ?. Setelah banyak membaca, akhirnya terjawab, bahwa memang ada yang namanya air susu tembolok yang diberikan ke anaknya untuk beberapa hari sebelum akhirnya perlahan diberi biji-bijian lembut/kecil oleh induknya. Jawaban tersebut membuat lega, karena selama ini kawatir anakan puter tersebut tidak bisa makan he... 
Oh. iya, sekarang tempat tidur anakan puter lebih nyaman, karena beberapa hari yang lalu saat memangkas pohon nangka di depan rumah, tak sengaja ada sarang burung. Sebenarnya kasihan, karena induk burung emprit tersebut akan mencari, tapi terlanjur dan tak terlihat sebelumnya. 
Perkembangan anakan burung puter ternyata cepat sekali, karena baru berumur kira-kira 7 hari, bulu2 kecil sudah mulai banyak terlihat. Akhir-akhir ini induk sudah mulai sering keluar, tidak seperti sebelumnya yang selalu menjaga anakan puter setiap waktu.


Anakan puter umur 7 hari.

Semoga puter puter kecil bisa bertumbuh dengan baik, dan menjadikan 'wana wana' semakin rame dan kami bisa hidup berdampingan untuk saling memberi... he...

Keluar sarang

Setiap hari kami tengok walau terkadang hanya sekedar memberi makan dan minum, perkembangan anakan puter memang cukup cepat, hingga tanggal 23 Desember 2016 kami menemukan anakan puter sudah ada di bawah, tidak di sarang lagi. Jika dihitung dari menetas sampai keluar sarang, kira-kira 20 hari, ternyata cepat he... 

Sehari sebelum keluar sarang
Hari pertama mereka keluar sarang
Anakan puter 1



Anakan puter 2



Dan ini penampakan puter setelah umur 3 bulan kurang 10 hari, mereka sudah bisa terbang ke sana kemari, tapi belum terdengar suara merdunya he...








Salam Bahagia

Wana Wana



Saturday, 5 November 2016

Update_Akuaponik Wana Wana

Tidak dipungkiri, musim kemarau yang seharusnya banyak sinar justru terjadi sebaliknya, bahkan hampir setiap hari hujan lebat terjadi, dan bulan oktober yang seharusnya baru mulai masuk musim hujan, justru sudah banyak terjadi banjir dan tanah longsor dimana-mana. 
Bagi kami yang hobinya berkebun tentu sangat terpengaruh, karena aktivitas menjadi terbatas, lebih dari itu, tanaman yang ditanam akan mudah terserang hama dan penyakit. Tapi itulah alam, yang penting kita berusaha menjaga baik-baik lingkungan kita dengan banyak menanam. 
Aktivitas kami benar-benar terbatas untuk merawat tanaman, sepulang kerja yang biasanya langsung ke kebun sekarang benar-benar harus terdiam di dalam rumah, namun kami masih beruntung, bisa menikmati panen walau tak banyak alias terbatas he...  

Akuaponik kolam ibc...

Tanaman seledri masih mendominasi untuk akuaponik kolam ibc, saking banyaknya, kami bagikan ke teman kantor dan tetangga, sekalian menularkan virus menanam he... Beberapa tanaman terkena entah jamur atau apa yang menyebabkan busuk batang dan akar, beruntung tidak semua sehingga masih tersisa dan cukup bahkan lebih untuk kami nikmati.


Seledri akuaponik kolam ibc.

Selain seledri kami menanam juga kobucha, walau sepertinya akan gagal, karena lokasi growbed ibc yang satu ini benar-benar sangat minim sinar akibat tembok 2 lantai milik tetangga di bagian timur dan pohon jeruk pecel yang tumbuh tinggi. Tanaman kobucha sudah berbuah walau kecil, namun sepertinya tidak akan pernah besar dan rencana akan kami ganti dengan tanaman pare. Kami menanam kobucha juga karena kebetulan saja, waktu itu kami beli dan biji kami buang di pot, ternyata tumbuh dan kami pindah di akuaponik ibc.

Tanaman kobucha, yang daunnya terserang seperti jamur.

Untuk ikan semua dalam kondisi sehat, seperti biasa kami mengambil disaat ingin menyantapnya. Dan sekarang, ada yang beranak di tong pengendapan, sengaja kami biarkan, karena biasanya setelah agak besar akan masuk ke kolam utama dengan sendirinya tanpa kami harus memindah. 
Sudah hampir 8 bulan sejak pembongkaran untuk penggantian media tanam, kolam tidak pernah kami kuras sedikitpun dan semua baik adanya, itulah salah satu kelebihan akuaponik dengan menggunakan filter he...


Akuaponik kolam fiber...

Akuaponik kolam fiber atau sekarang kami sebut akuaponik +( karena ada bagian bak yang menggunakan tanah) saat ini sedang tidak banyak tanaman. Belum lama kami memindahkan sawi dari semaian ke pralon yang menggunakan sistem dft namun semua habis dimakan tikus, yah.. sedikit agak kecewa he...  
Untuk bak yang menggunakan tanah, kami menambahkan media arang sekam di bagian atas, tapi sayang karena terlalu tebal, lapisan atas justru benar-benar kering, pernah mencoba menanam bawang merah justru kering karena sama sekali tak tersentuh air. Untuk sementara kami gunakan dulu untuk menanam ubi dan berharap bisa memanennya he... 


Bak penanaman masih kosong hanya beberapa
ketela dan seledri yang tumbuh sangat subur.

Selain bak tanah, akuaponik kolam fiber juga memiliki growbed lama dan sekarang kami tanami bayam, sedikit kangkung dan daun mint. 


Growbed lama yang masih berfungsi baik.

Dan untuk growbed talang, sekarang kami manfaatkan untuk tanaman azola dan duckweed, karena bagaimanapun mereka tetap penting, apalagi saat kehabisan pelet he...


Azola dan duckweed
Memang secara alami sebuah sistem secara perlahan akan melakukan penyeimbangan diri, dan jika dari pengamatan kami, kolam fiber sekarang benar-benar jernih dan ikan terlihat sangat sehat.


Akuaponik kolam koi...

Tanaman tomat chery yang kami banggakan sudah sirna, dan semantara growbed kami diamkan. Untuk growbed yang lain, sebenarnya ada beberapa tanaman, seperti cabe dan tomat yang baru tumbuh, tapi karena perkembangan ubi jalar yang tak terkendali, akhirnya mereka 'kalah'. Sengaja kami menanam ubi jalar, karena kami telah merasakan enaknya rasa dari daun ubi tersebut dalam bentuk masakan. Jadi tujuan utama kami menanam ubi tersebut untuk kami ambil daunnya, namun jika bisa keluar umbinya ya kami akan sangat senang he...


Perkembangan ubi jalar yang tak terkendali.

Kebetulan kami pernah melihat foto para pekebun entah di negara Thailand atau mana, yang menanam ubi jalar secara unik. Pohon utama di tanam di bawah entah secara hidroponik atau dengan media tanah, kemudian tanaman tersebut menjalar ke atas seperti tanaman anggur. dari analisa atau pengamatan kami terhadap foto tersebut (semoga tidak salah), supaya keluar umbi, mereka menggantungkan ember berisi tanah dan membiarkan tanaman tersebut menjalar ke ember tersebut sehingga akar yang masuk ke ember berisi tanah tersebut akan menghasilkan umbi. 
Kami pun mencoba, yang pertama dengan menjalarkan ke ember yang kami isi dengan pasir malang dan yang kedua menjalarkan ke wadah yang berisi tanah. Dan memang dari akarnya terlihat mulai membesar, tapi entah akan menjadi umbi atau enggak, kami juga masih penasaran, kita tunggu ya he...

Bagimana dengan kolamnya... ikan masih sehat dan kolam dalam keadaan bening walau hampir setiap hari diisi air hujan sampai air kolam luber he... 


Air yang selalu jernih.


Salam Akuaponik dan Salam Hijau...

Wana Wana

Sunday, 4 September 2016

Membuat Akuaponik Yuk #2

Ketika menulis artikel  Membuat Akuaponik Yuk beberapa tahun yang lalu, pengalaman kami masih sangat sedikit, sehingga artikel tersebut kurang pas jika diterapkan dalam kondisi tertentu, sebagai contoh, dari pengalaman  kami dalam membuat Akuaponik Edisi ke-2.  Akuaponik Edisi ke-2 yang kami bangun hanya mengalirkan air dari kolam langsung ke media tanam atau growbed  dan karena  ukuran growbed yang  tidak terlalu besar/luas, sedangkan jumlah ikan waktu itu cukup banyak, mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran ikan di growbed.
Penumpukan kotoran ikan yang terlalu banyak di growbed, dari pengalaman kami waktu itu,  ternyata menimbulkan beberapa masalah diantaranya,
1. Penyumbatan aliran air baik di siphon maupun di celah antar batu sebagai media tanam sehingga sering terjadi luber.
2. Pertumbuhan tanaman menjadi terganggu bahkan mati karena aliran air sering terganggu.
3. Kesehatan ikan yang masih kurang baik. Meskipun lebih baik dibandingkan dengan tidak adanya growbed, namun masih sering terjadi kematian ikan walaupun jumlahnya lebih sedikit, hal ini karena air dari growbed yang dikembalikan lagi ke kolam masih membawa kotoran dan kandungan amoniak yang cukup tinggi.

Sampai saat ini, kami masih terus ber-akuaponik dan tak bosan untuk terus mencoba dan berkreasi  karena kami benar-benar bisa merasakan dan mendapatkan manfaat besar dari hasil ber-akuaponik walau itu bukan dari segi materi.
Memang, semua yang kami lakukan tidak berjalan mulus, banyak sekali masalah yang harus kami hadapi mulai dari masalah pengairan, media tanam, pertumbuhan tanaman, pompa dan masih banyak lagi. Kami bersyukur dengan banyaknya masalah yang bisa kami rasakan, karena dengan cara itulah kami akan terus berkembang.

Sejak mulai ber-akuaponik pada tahun 2012 hingga saat ini,  tentu ada banyak pengalaman berharga yang kami dapatkan dan pengalaman-pengalaman itu selalu kami bagi dalam tulisan di blog ini sehingga harapan kami supaya bermanfaat bagi orang lain, meskipun kami akui tulisan itu masih sangat sangat jauh dari baik. Berangkat dari pengalaman itulah kami mencoba untuk menyempurnakan atau menyambung artikel yang berjudul Membuat Akuaponik Yuk.
Jika pada artikel yang berjudul Membuat Akuaponik Yuk untuk membuat akuaponik pasang surut sederhana ada 5 hal yang harus dipenuhi  yaitu,
1. Kolam ikan.
2. Pompa air.
3. Bak/wadah untuk menanam (grow bed).
4. Media tanam.
5. Siphon (bell siphon, siphon apung, dll. )
maka pada Artikel Membuat Akuaponik Yuk #2, ada komponen lain yang harus ditambahkan supaya akuaponik menjadi lebih baik, yaitu filter. 

Filter terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Filter Mekanik.
Filter mekanik berfungsi untuk memisahkan material padat dari air, baik kotoran ikan, sisa pakan, akar tanaman, dll., sehingga material tersebut tidak terbawa aliran air saat menuju ke tahap berikutnya. Ada banyak metode atau model filter mekanik, namun kami lebih memilih dengan proses pengendapan menggunakan tong atau wadah kosong. Meskipun tidak bisa memisahkan material padat secara sempurna, namun dengan proses pengendapan tersebut, setidaknya dapat mengurangi material padat dalam jumlah besar sehingga air menjadi lebih bersih. Ada beberapa metode atau cara dalam proses mengendapkan material padat seperti swirl filter yang kami terapkan di akuaponik ibc, radial flow, vortex , dll.  ( silahkan mengetikkan keyword metode-metode yang telah kami sebutkan untuk mendapatkan banyak informasi yang berguna untuk membangun filter mekanik tersebut). 
Dari pengalaman (bisa dibaca artikel berikut), kotoran yang telah mengendap lama sengaja tidak kami buang, kami biarkan lama di tong pengendapan sampai akhirnya menggumpal dan terapung, dan setelah mengapung inilah baru kami ambil dan kami manfaatkan untuk tanaman yang kami tanam di tanah. Kami memang punya pengalaman menarik untuk hal ini, yaitu ketika awal kami membangun akuaponik, endapan di tong dalam jangka waktu sekitar 2 minggu kami kurangi, namun yang terjadi justru tanaman kemudian sedikit menguning, setelah mengamati kejadian itu kami mencoba membiarkan kotoran yang mengendap bahkan sampai 6 bulan lebih, dan yang terjadi justru tanaman menjadi lebih baik. Sampai sekarang hal itu masih kami lakukan dan sistem tetap dalam kondisi baik, baik ikan maupun tanaman. 

2. Filter biologis.
Filter biologis berfungsi menghilangkan atau mengurangi amoniak dari air dengan bantuan bakteri khususnya pengurai amoniak. Amoniak dihasilkan oleh ikan terutama lewat insang dan dari sisa pakan yang tidak dimakan.
Dua bakteri yang berperan sebagai pengurai amoniak adalah bakteri nitrosomonas sp, dan bakteri nitrobakter sp.  Nitrosomonas berperan mengubah amoniak menjadi nitrit, dan nitrobakter berperan mengubah nitrit menjadi nitrat. Karena sifat bakteri tersebut melekat pada suatu benda, maka dalam wadah yang akan digunakan sebagai filter biologis perlu dimasukkan benda atau media sebagai tempat melekat bakteri, seperti ijuk, pecahan genting, batu split, bioball, kaldness dll.
Dalam akuaponik, proses akhir yang berupa nitrat inilah yang diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.  Namun, dari pengalaman yang telah kami sampaikan di bagian filter mekanik tentang pengendapan, kami percaya bahwa di dalam wadah bak pengendapan juga terjadi proses penguraian atau perombakan marerial padat dan hasil perombakan dari material padat tersebut juga bermanfaat bagi tanaman.


Dalam membangun akuaponik, kami lebih banyak atau senang menggunakan sistem pasang surut dengan menggunakan media tanam, hal itu karena menurut kami, dengan sistem tersebut bisa terjadi proses filter ganda. Proses filter pertama terjadi pada wadah atau tong yang memang kita bangun khusus untuk filter, sedangkan proses filter kedua baik mekanik maupun biologis terjadi secara tidak langsung di growbed. Adanya proses pasang yang terjadi di growbed, membuat material padat yang masih terbawa akan mengendap, hal itu terbukti ketika kami melakukan pembongkaran pada akuaponik ibc , di situ terdapat banyak sekali endapan kotoran yang terkumpul. Adanya media tanam dalam growbed tentu akan bermanfaat juga sebagai tempat untuk bakteri pengurai amoniak melekatkan diri hal ini karena sifat yang dimilikinya.
Mungkin karena filter ganda inilah yang membuat ikan kami selalu sehat, meskipun kami tidak pernah melakukan pengurasan bahkan lebih dari 1, 5 tahun untuk akuaponik kolam koi kami, Sampai saat ini, semua ikan dalam kondisi baik bahkan tingkat kematian sangat kecil, bisa dikatakan 0 %, kalaupun mati itu akibat listrik mati sampai lebih dari 4 jam.  

Sampai sekarang kami selalu mengandalkan filter, dan kami tidak menambahkan bahan apapun dari luar selain pakan ikan dan hasilnya tetap bagus.



Seledri di akuaponik ibc.


Tomat cherry di akuaponik kolam koi II.


Tomat cherry di akuaponik koi II dari sudut lain.



Salam Akuaponik

Wana Wana


Friday, 19 August 2016

Update Akuaponik Ibc & Koi II

Rasanya ingin berbagi perkembangan terbaru dari akuaponik ibc dan kolam koi II, karena sudah lama tidak di-update he..

Akuaponik Ibc...

Sampai detik ini, akuaponik ibc masih terus berjalan dengan baik, tapi sekarang media sudah diganti dengan batu split ukuran kecil, sekarang lebih rapi dan enak dipandang, selain itu, sekarang semakin mudah untuk ditanami. Sejak pembongkaran sekitar awal tahun 2016, tepatnya antara tanggal 10-15 Januari, kolam ibc tidak pernah diganti airnya bahkan endapan tidak dibersihkan, semua ikan masih sehat, dan kami sering mengambil untuk lauk. Pernah ada 4 ikan tawes mati, tapi itu akibat listrik mati lebih dari 6 jam, tapi ikan lain masih bertahan.
Untuk sayuran sekarang kami tanami seledri karena kebutuhan seledri di rumah sangat banyak, selain untuk sayur, kami juga sering mencampurnya untuk jus apel dan kadang pula sama Istri dibuat kue kering. O iya, kondisi pencahayaan akuaponik 'wana wana' sekarang mulai berkurang akibat ada pembangunan gedung berlantai 2 tepat di sebelah timur kebun dan itu sangat berdampak pada perkembangan tanaman kami, untuk itulah sekarang kami harus memilih jenis tanaman yang akan kami tanam.


Untuk ibc 2, menunggu yang baru bertunas.


Seledri yang tumbuh baik di ibc 1.


Seledri yang beranak pinak.


Akuaponik Kolam Kolam Koi II...

Sama halnya dengan akuaponik ibc, akuaponik kolam koi II juga masih berjalan sampai detik ini, yang lebih ok lagi, air kolam koi sudah hampir 1,4 tahun tidak pernah diganti, selain itu siphon apung yang kami aplikasikan juga bekerja dengan sangat baik. 
Sayuran yang kami tanam di akuaponik ini sudah beragam, tapi memang, karena kolamnya terbuka atau tanpa atap, tanaman terkadang mengalami kuning daun terutama saat terjadi hujan lebat. Tapi bagi kami itu semua tak masalah, kami tetap memperlakukan apa adanya. 


Ember 1, sering kami gunakan untuk menyemai.


Ember 2, kami mencoba menanam leunca.


Leunca di ember 2 sudah berbuah banyak.

   
Ember 3. Kemangi yang sewaktu waktu kami butuhkan.


Ember 4. Menanam ketela rambat yang kami
manfaatkan daunnya untuk sayur.


Ember 5, tomat chery yang tumbuh tinggi, dan sudah
berbuah banyak.


Kolam koi yang selalu jernih berkat akuaponik he..
Sekian dulu...

Salam akuaponik






Sunday, 10 July 2016

Update - " Akuaponik + "

Kurang lebih 1 bulan kami telah menebar beberapa biji seperti kenikir, bayam dan juga terong dan pertumbuhannya lumayan bagus terutama bayam dan kenikir. Untuk tanaman selada yang kami pindah dari persemaian terpisah, masih dalam proses pertumbuhan. Untuk terong ternyata mengalami penguningan pada daun, sangat berbeda dengan tanaman bayam.  


Gambar 1. Pemandangan yang kontras.

Pada gambar 1, terlihat perbedaannya, yang terlihat kurang subur itu adalah tanaman selada yang masih dalam masa pertumbuhan, dan sebenarnya ada juga tanaman terong yang terlihat menguning. Kami menduga menguningnya tanaman terong akibat penyerapan nutrisi yang kurang baik, kenapa kurang baik, karena saat tebar biji, biji-biji terong berada di lapisan yang masih dekat arang, jadi dalam lingkungan yang becek. Waktu itu hanya iseng, karena biji terong sudah expired, jadi kalo bisa tumbuh ya syukurlah enggak juga nggak papa, jadi tidak memperhatikan posisinya. Tapi sebagian benih yang tumbuh sudah dipindah ke pot (media tanah) dan sekarang mulai tumbuh subur dan semoga bisa berbuah. 


Gambar 2. Hanya yang subur saja he...


Pada Gambar 2, Untuk tanaman bayam memang tumbuhnya luar biasa, sebagian sudah disayur, dan karena sebenarnya masih muda, jadi rasanya sangat lembut enak sekali.


Gambar 3. Kascing mulai terlihat.

Pada gambar 3, di bawah tanaman terlihat kascing yang mulai banyak. Akibat tertutup oleh tanaman, cacing banyak berada di bawahnya, berbeda dengan daerah yang ditanami selada yang masih terlihat gersang, kascing belum terlihat. Kami yakin saat tanaman selada mulai membesar dan saling menutup, cacing mungkin akan mulai berani tinggal di bawahnya, karena sudah mulai nyaman. 


Gambar 4. Kangkung yang setiap 2 minggu sekali dipanen.


Gambar 5. Tanaman mint yang begitu subur,
kami hanya mengambil seperlunya saja.


Gambar 6. Talang air yang kami gunakan untuk
menanam azola dan duckweed.

Pada gambar 4, 5 dan 6, terlihat tanaman yang menurut kami subur-subur, mungkin efek dari penambahan nutrisi kascing yang terbawa aliran air he...


Gambar 7. Narsis sebelum bayam dipanen he...

Sampai saat ini kami merasa puas dengan akuaponik+, tapi kami akan mencoba lebih untuk tanaman lain terutama tanaman sayuran buah. Lapisan tanah/kompos memang belum maksimal karena belum sampai batas atas kolam fiber. Untuk tanaman buah perlu dilakukan penambahan supaya tidak terlalu basah sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal. Tunggu kelanjutannya ya he...

Kami tambahkan videonya, maaf jika kurang bagus he..







Salam akuaponik alami...

Wana Wana

Friday, 27 May 2016

Kulit Pisang Dalam Akuaponik

Tidak dipungkiri menanam sayuran buah seperti cabe, terong di akuaponik memang lebih susah, apalagi jika jumlah ikan yang ada di kolam tidak terlalu banyak. Mungkin tanaman bisa tumbuh bahkan sampai berbunga, namun selang beberapa hari bunga akan mulai rontok dan harapan munculnya buahpun sirna, pengalaman yang pernah kami alami.
Namun semenjak mengenal informasi kulit pisang dari teman-teman atau berbagai artikel dan mencoba melibatkannya, ternyata harapan munculnya buah mulai ada. Pengalaman itu tidak hanya sekali namun berkali-kali meskipun belum maksimal. Yang terbaru, kami mencoba kembali di akuaponik ibc yang media telah kami ganti dengan batu kerikil. Kami mencoba dengan metode yang agak berbeda dan itu kami lakukan setelah banyak mengamati hasil dari cara kami menanam di akuaponik kami sendiri.

Kali ini kami menanam dengan cara seperti yang kami gambarkan dalam sketsa di bawah ini, 

Mencoba dan mencoba

Pralon bekas,  ukuran sekitar 2,5'' panjang sekitar 10 cm kami benamkan sekitar 3 cm dalam growbed. Di dalam pralon kami susun 3 lapisan yaitu, 
1. Lapisan paling bawah adalah dakron (tidak terlalu tebal) yang berfungsi untuk menahan lapisan di atasnya yaitu kascing.
2. Lapisan tengah adalah kascing yang waktu itu kami masukkan 2 genggam saja, tujuan kami untuk membantu pertumbuhan tanaman di awal tanam, tentu saja kascing yang kami masukkan adalah kascing basah.
3. Lapisan paling atas adalah kulit pisang yang kami potong kecil-kecil supaya pembusukannya lebih cepat. 

Sengaja kami tidak membenamkan pralon terlalu dalam (masih di area kering growbed) supaya akar bisa bergerak leluasa untuk mencari nutrisi dan air.
Aliran air dari filter kami arahkan di dekat pralon, supaya daerah di sekitar pralon masih basah dan akar nantinya secara alami akan menjalar ke sumber air dan nutrisi, itu dari pengalaman yang saya dapatkan terutama di akuaponik ikan koi

Dari metode ini, kami mencoba untuk menanam cabe rawit. Seiring waktu pertumbuhan tanaman cabe lumayan bagus, memang sesekali terjadi penguningan daun namun tidak parah. Setiap kali kami membuat pisang goreng, kulit pisang tidak kami buang, tapi dipotong-potong dan kami masukkan ke dalam pralon dan tanaman akuaponik yang lain.  


Penambahan kulit pisang

Seiring waktu, bunga bermunculan, awalnya memang tidak banyak, tapi sekali berbunga, bunga-bunga tersebut tidak rontok dan langsung menjadi buah. Ketika bunga mulai banyak, saya amati ada banyak bunga yang mulai rontok, bahkan untuk meyakinkan, beberapa tangkai bunga yang mulai berwarna hijau kekuningan sengaja kami sentuh untuk memastikan bahwa bunga tersebut akan rontok. 
Bunga yang rontok mungkin karena pemberian kulit pisang tidak rutin, maklum kami memberinya hanya saat kami ingin menggoreng pisang he... Tapi begitu mengetahui mulai rontok, kami coba membuat pisang goreng lagi dan kulit kami masukkan, hasilnya memang diluar dugaan, bunga dan buah yang mulai banyak bermunculan, walau masih ada yang rontok tapi sedikit. Jujur kami juga tak mengira bakal bisa sebanyak ini he...


Cabe mulai berbuah banyak.


Terlihat bakal buah yang banyak bermunculan.

Mungkin foto di atas tidak terlalu kelihatan bunga dan buah kecil yang sebenarnya banyak, tapi nanti saat buah sudah besar akan kami posting.

Ini hanya secuil pengalaman kami, coba cari sendiri artikel manfaat kulit pisang bagi tanaman dan apa yang terkandung di dalamnya, yang tentunya di internet sudah banyak sekali he...


11 Juni 2016


Ini foto terbaru dari dari tanaman cabe di akuaponik ibc, lumayan buat persediaan dapur he..



Buahnya sudah ada yang mulai menua.


Salam Hijau & Salam Akuaponik

Trimakasih..

Wana Wana






Sunday, 8 May 2016

"Akuaponik+" (Aquaponics+)

Bingung mau ngasih judul apa, karena kali ini kami mencoba mewujudkan apa yang manjadi pemikiran sebelumnya tentang kombinasi akuaponik, kompos dan juga kascing. Pada artikel-artikel sebelumnya, kami pernah berbagi pengalaman tentang kolaborasi akuaponik & vermicomposting dan akuaponik menggunakan tanah, dan hasilnya lumayan bagus menurut kami. Memang ada kendala waktu itu, pada akuaponik vermicomposting adalah wadah yang digunakan sering tersumbat sehingga harus rutin dicek setiap hari. Untuk akuaponik tanah atau kompos, kendala yang terjadi adalah wadah yang terlalu kecil dan pendek sehingga tanah cenderung becek. Kali ini kami mencoba untuk menyempurnakan dari apa yang sudah dilakukan sebelumnya, dengan harapan hasilnya lebih baik dan kendala yang pernah dialami bisa teratasi. 

Kami telah membangun 3 akuaponik yaitu akuaponik ibc, akuaponik kolam koi dan akuaponik kolam fiber dan kami ingin ketiganya memiliki sistem yang berbeda, sehingga kami punya banyak pengalaman. Khusus untuk kolam fiber, kali ini kami ingin mengkombinasikan dengan kompos dan vermicomposting karena kami ingin membangun sebuah sistem akuaponik yang alami. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kami menyadari akuaponik tidaklah mudah, jumlah ikan dan kualitas pakan bisa mempengaruhi kesuburan tanaman dan jika kita mengatasi ketidaksuburan tanaman dengan menambahkan nutrisi luar yang tidak alami sepertinya ada sesuatu yang 'aneh'. Kami tidak ingin hal itu kami lakukan, kami ingin yang alami, dengan membentuk sistem akuaponik yang diibaratkan sebuah sungai kecil banyak ikan dan kanan kiri ditumbuhi tanaman yang subur.


Proses pembongkaran


Konsep...

Konsep kami sederhana, air dari kolam ikan kami alirkan ke bak fiber dan di bak fiber tersebut kami buat menjadi 3 lapisan, yaitu :

Lapisan 1 atau lapisan paling bawah. 
Lapisan ini kami isi dengan berbagai macam material, seperti batu krakal (ukuran besar), genting dan potongan-potongan pralon yang sudah tidak digunakan/sisa. Karena kotoran ikan mengalir ke lapisan ini, maka kami tidak mengisinya dengan material yang kecil supaya masih ada banyak rongga untuk kotoran ikan. Material, selain sebagai penahan lapisan atas juga berfungsi sebagai rumah bakteri yang diharapkan dapat mengurai kotoran yang masuk. 


Mengisi bagian bawah dengan media.

Lapisan 2 atau lapisan tengah. 
Lapisan ini kami isi dengan media arang sekam padi, tujuannya untuk menahan lapisan atasnya yaitu kompos/kascing yang berukuran sangat kecil supaya tidak ikut terbawa aliran air. Antara lapisan 1 dan 2 kami pasang jaring ikan dengan lubang yang sangat kecil/lembut supaya bisa menahan arang sekam padi.  


Lapisan tengah, arang sekam padi.


Lapisan 3 atau lapisan atas.
Lapisan atas inilah tempat kompos dan kascing kami letakkan, selain itu cacing juga kami biarkan hidup di tempat ini. Lapisan paling atas ini sebenarnya bisa disebut lapisan vermicomposting, karena kami gunakan untuk cacing hidup dan berkembang biak. Kompos yang kami masukkan akan menjadi makanan bagi cacing. Perlu diketahui, kompos yang kami beli biasanya masih kurang 'matang',  jadi tidak bisa digunakan langsung untuk menanam, untuk itulah kompos ini sengaja kami gunakan untuk pakan cacing sehingga dari kascing kami pastikan lebih aman untuk tanaman. 


Lapisan kascing & kompos


Seiring waktu, karena lapisan paling bawah adalah air, maka perlahan akan terjadi proses kapilaritas, air akan meresap naik ke lapisan sekam dan akhirnya ke lapisan vermicomposting. Dengan kondisi yang selalu basah inilah cacing akan hidup, dan dilapisan ini pula nantinya dapat ditanami berbagai sayuran karena lapisan ini banyak terdapat kascing, selain itu kita juga tidak perlu lagi melakukan penyiraman.


Cacing yang kami budidayakan.


Kascing yang kami panen.


Kascing dari sampah daun yang kami tampung.

Kami belum tahu apa yang akan terjadi, karena kami masih mencoba dan mengamati, tapi tentunya akan kami bagikan terus pengalaman ini...


12 Juni2016

Setelah 1 bulan lebih berusaha mengumpulkan tanah dari sampah daun dan setelah penuh membiarkannya sambil mengamati keadaan tanahnya, akhirnya tanaman mulai kami 'tancapkan'. Kebetulan kami sudah menyiapkan benih slada meskipun belum cukup 2 minggu namun dengan hati-hati kami berusaha memindahkannya. kami kadang iseng juga memasukkan biji bijian seperti cabe, kenikir yang ternyata sekarang tumbuh he...
Keadaan tanah selalu basah tapi tidak becek, jadi kami benar-benar tidak perlu melakukan penyiraman. O iya yang terjadi pada kolam, airnya menjadi berwarna coklat kehitam-hitaman akibat dari lapisan pupuk kandang, tapi semua ikan dalam keadaan baik-baik saja tidak ada masalah.


Harus super hati-hati memindahkan benih slada yang
masih sangat muda.


Semoga semuanya bisa tumbuh subur.




Trimakasih..