Sunday, 5 November 2017

Update_Akuaponik Dusun Kasuran (Kurang 'Sentuhan')

Tanggal 4 Nov 2017 siang, sepulang jagong di tempat teman coba buka hp sekedar melihat pesan yang masuk. Benar juga, ada banyak foto masuk dari mas Surya, salah satu mahasiswa Tanoto UGM yang memberi kabar perkembangan akuaponik di Dusun Kasuran. Bak gayung bersambut, rupanya apa yang saya pikirkan beberapa hari ini terjadi juga, mendapat kabar akuaponik dusun Kasuran. 
Begitu foto dibuka hati ini merasa senang, karena tanaman terlihat subur, hanya sayang foto terlihat buram he.... Selain mengirim foto, mas Surya juga mengabarkan kolam terlihat jernih dengan ikan yang terlihat sehat. mas Surnya juga mengabarkan bahwa warga yang lain ternyata mulai tertarik setelah melihat tanaman yang mulai terlihat hasilnya. Meski tidak ber-akuaponik, mereka mulai tertarik untuk menanami pekarangan mereka dengan tanaman sayur. Jika benar, kabar ini yang bagi saya pribadi sangat menyenangkan karena virus hijau dari pekarangan rumah sedikit demi sedikit mulai menular. 
 

Kolam terlihat jernih.

 
Tomat mulai banyak buahnya.

 
Tentu kabar kurang baik ada walau sebenarnya kabar itu kabar baik juga he.. Mas Surya mengabarkan daun tanaman tomat ada yang kering, saat itu juga saya coba perhatikan foto yang terkirim lebih detail lagi. Dari foto yang ada coba saya jelaskan, bahwa daun tomat yang kering itu karena sudah tua yang seharusnya dipangkas, jadi tidak dibiarkan mengering.


Tidak ada lanjaran,tanaman tomat jadi kurang rapi.


Terlihat daun tua mengering yang kurang enak dilihat.
 

Melihat foto dan kabar dari mas Surya, keinginan untuk menengok akuaponik dusun Kasuran semakin tak terbendung. Sore harinya jam 4, bersama anak saya Tirta dan mas Surya kita 'ngluruk' ke Kasuran ditemani macet,  hujan dan jalanan yang mulai gelap. Sampai di Kasuran mulai agak gelap dan hujan belum berhenti,  mumpung belum gelap gulita kami langsung ke lokasi mengambil gambar dan video untuk kami bagikan di blog ini. 
Setelah melihat langsung memang terasa bahwa tanaman kurang ada sentuhan, mungkin hanya kurang paham atau karena kesibukan. Andai saja saja perawatan bisa ditingkatkan hasilnya akan jauh lebih bagus. Pohon tomat juga tidak diberi lanjaran sehingga saling tumpang tindih, akibatnya tanaman lain seperti seledri menjadi tertutup dan kurang bisa berkembang baik.


Tanaman sawi yang terlihat subur.

 
Mas Surya pengen pose sama 'akuaponiknya' he..




Bagi saya pribadi melihat tanaman bisa subur yang nutrisinya hanya dari kotoran ikan akan memberikan bukti nyata bagi warga. Jika mereka suatu saat memiliki kolam mereka bisa memanfaatkan limbah kotoran ikan untuk menanam sayuran atau bunga sehingga bisa lebih bermanfaat. Lebih dari itu, dengan semakin banyak tanaman di setiap pekarangan, bumi ini akan semakin baik.

Hari semakin gelap, setelah mengabadikan akuaponik, kami mampir di tempat ibu dukuh, di sana sudah disediakan teh hangat dan camilan dan kami juga disediakan makan malam dengan nasi pulen dan sayur terong yang sungguh enak he... Hujan deras, listrik padam membuat kami harus bertahan lebih lama, dan tepat jam 18.00 kami pulang. Trimakasih bu dukuh dan pak dukuh yang berkenan menjamu kami. 


Makan malam romantis di rumah bu dukuh he...

Dan ini saya bagikan video terkini akuaponik dusun Kasuran.





Salam akuaponik dari pekarangan rumah

Wana Wana

Friday, 3 November 2017

Mentimun Akuaponik Akhirnya Berbuah

Belum ada satu minggu menulis artikel Mentimun Akuaponik Tak Kunjung Berbuah, ternyata beberapa hari kemudian terlihat beberapa bakal buah mulai membesar. Uniknya lagi, ternyata foto bakal buah yang diposting di artikel tersebut justru menjadi buah pertama. Meski hanya sekitar 4 yang mulai terlihat membesar, tapi bagi kami itu seperti sebuah kado istimewa. Jujur saja tanaman mentimun tersebut hampir saja dipangkas habis, tapi kemudian berubah pikiran karena ingin melihat apa yang terjadi sampai nanti masanya habis.
Meski sudah berbuah, tapi sampai sekarang belum terlihat bunga jantan. Bunga yang muncul selalu disertai bakal buah, bahkan jumlahnya sudah sangat banyak tapi sebagian besar rontok. Saya jadi penasaran, tak ada bunga jantan tapi bisa berbuah, jangan-jangan bunga mentimun yang ditanam ini adalah bunga sempurna, atau memang lebah yang sering datang, membawa serbuk sari dari tempat lain, entahlah.. semoga nanti akan terjawab he...


Buah perdana.









Berbeda dengan tanaman pare, meski memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah, pembungaan awal lebih didominasi bunga jantan, baru kemudian bunga betina bermunculan. Itu dari yang pernah saya baca dan kemudian coba saya selaraskan dengan tanaman pare yang saya tanam dengan sistem akuaponik. Rupanya tanaman mentimun ini berbeda lagi, meski begitu, akan saya coba amati di setiap tanaman mentimun yang ditanam nantinya.

 
2 lebah yang berhasil 'dijepret'.

Oh.. iya, tanaman mentimun yang saya tanam, rupanya akarnya sangat banyak sekali, senada dengan batang dan daunnya yang besar dan  menjalar sampai kemana-mana. Hanya saran saja, kalo menanam mentimun, alangkah baiknya menggunakan wadah yang besar atau lebar. Wadah yang saya gunakan yaitu ember bangunan ternyata kurang besar sehingga akar dari tanaman mentimun menyumbat aliran air yang menuju ke kolam, akibatnya air luber. Karena sudah terjadi, sementara tanaman tetap dibiarkan, dan untuk mengatasi luber, debit air yang masuk ke growbed diperkecil. 

Mentimun ditanam di akuaponik ibc, dengan sistem aliran atas, sampai sekarang ikan yang dipelihara untuk ibc 1 masih lele, dan ibc 2 masih gurame ditemani beberapa ekor nila dan wader.


Guramu kolam akuaponik ibc

Semoga mentimun semakin banyak buahnya dan bisa merasakan nikmatnya mentimun dicocol sambal plecing he..

Salam akuaponik dari pekarangan rumah.

Wana Wana