Sunday, 21 January 2018

Empon-empon Akuaponik (Kunyit)

Akuaponik "ibc" ketika pertama dibangun, posisinya cukup bagus untuk mendapatkan sinar matahari , mulai dari pagi sampi sore sekitar pukul 3. Seiring waktu, tanah milik tetangga di posisi sebelah timur dibangun rumah 2 lantai, sejak saat itu, sinar yang didapat  akuaponik ibc menjadi berkurang banyak, ditambah pohon jeruk purut yang kami tanam disampingnya. Bagaimanapun itu adalah bagian dari dinamika kehidupan yang harus kita terima dengan keiklasan. 
Dalam hidup selalu dihadapkan pada pilihan, dan itupun terjadi dalam akuaponik. Karena posisi akuaponik ibc yang sudah tidak "nyaman" lagi, tentu membuat kita harus memutuskan supaya akuaponik ibc tetap bermanfaat bagi keluarga. Bagi kehidupan ikan, tentu kondisi tersebut tidak terlalu bermasalah, tapi bagi tanaman sayur akan bermasalah, karena mereka membutuhkan cahaya untuk hidupnya. Pernah terbersit untuk memaksimalkan cahaya dengan lampu, tapi mengingat kebutuhan listrik yang nantinya meningkat, akhirnya tidak dilaksanakan. Pernah juga terbersit mengubah posisi akuaponik ibc, tapi mengingat lagi pertama kali mendesain posisi sudah maksimal, akhirnya tidak dilaksanakan. Pohon jeruk purut yang kami tanam, bagaimanapun tidak akan kami korbankan, karena nilai manfaatnya yang besar, apalagi sekarang sudah masanya berbuah dan kami sudah merasakan manfaatnya baik untuk minuman maupun sebagai penghilang bau badan alami.



Jeruk purut berbuah banyak.


Memahami kondisi yang ada, kami akhirnya memilih untuk tetap memanfaatkan akuaponik dengan menanam tanaman yang memang cocok degan kondisi cahaya yang minim. Dari apa yang pernah kami baca, akirnya kami mencoba menanaminya dengan tanaman empon-empon. 
Untuk percobaan awal kami menanam kunyit/kunir dan kencur yang memang banyak kami butuhkan. Selain untuk bumbu masak kunyit sering kami gunakan untuk campuran dalam membuat minuman "jarwo", jahe jeruk gulo jowo, kebetulan jeruk yang kami gunakan adalah jeruk purut yang kami tanam juga. 


Tanaman kencur mulai tumbuh (lingkaran kuning)


Dalam menanam, kami menggunakan bibit dari dapur, masing masing sebesar ruas jari dan bibit tidak diletakkan di daerah pasang surut, tapi di bagian atas/"kering" yang tidak tersentuh air pasang. Sengaja kami melakukan hal itu, karena kami melihat kondisi bahwa media bagian atas yang tidak tersentuh air pasang sudah basah dan penuh dengan kotoran cacing yang menyuburkan. Perlu diketahui bahwa cacing sengaja kami pelihara di growbed supaya kotoran ikan maupun endapan yang sudah terurai dan terbawa masuk ke growbed bisa dimakan oleh cacing dan menghasilkan kotoran yang menyuburkan. Dengan meletakkan di daerah "kering", tentu akan mengurangi resiko umbi membusuk, jika sewaktu waktu terjadi masalah pada siphon.
Dalam perkembangan awal, keduanya bisa tumbuh dengan baik. Khusus kencur rupanya bermasalah, karena memang jenis tanaman yang tidak tinggi sehingga terhalang oleh tanaman kunyit yang jenisnya bisa tumbuh tinggi, sehingga sinar yang seharusnya diterima bisa sama dengan kunyit, karena terhalang akhirnya menjadi lebih sedikit. 
Penanaman kunyit & kencur sekitar pertengahan Maret 2017. Sengaja kami tidak melakukan perawatan terhadap kunyit & kencur, apalagi kencur kami anggap sudah tidak ada. Setiap hari kami hanya mengamati sambil memberi makan ayam dan ikan, dan sesekali memastikan aliran air lancar baik yang masuk growbed maupun yang keluar growbed. 
Sampai akhirnya tanaman utama kunyit tumbuh dewasa dan menua dengan ditandai daun yang mengering dan bunga yang pernah muncul. Di sekeliling tanaman utama mulai tumbuh tunas baru bahkan, terlihat kerikil mulai terangkat sebagai tanda ada pertambahan volume di bawah kunyit. Sesekali ketika kami membutuhkan, kami tinggal korek kerikil dan mengambil kunyit seperlunya saja.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, terlihat beberapa tanaman sudah mulai menua, dan sempat kami lihat beberapa kali berbunga. Akhirnya tepat tanggal 19 Januari 2018, kami putuskan untuk memanen. 
Proses memanen ternyata susah, karena tanaman saling terkait, ketika mencoba mencabutnya, yang terjadi justru umbinya tertinggal. Awalnya kami kira susah dicabut karena berada dilapisan kerikil, tapi setelah kami korek dan berhasil dicabut, jujur... kaget dengan apa yang kami lihat. Kami tak pernah membayangkan akan sebanyak ini, bayangan kami hanya beberapa ruas saja. Mbah uyut yang kebetulan duduk duduk dan melihatnya juga kaget sampai bilang "wo..ampuh tenan kui" he...






Ini pertamakali menanam kunyit, di akuaponik lagi, dan hasilnya lumayan. Akhirnya kami putuskan menanam lagi karena ada beberapa tunas yang sudah agak besar. Dari pengalaman ini, rencana kami akan menanami dengan berbagai jenis empon-empon yang lain biar semakin lengkap, mengingat akuaponik ibc sekarang kondisinya yang kurang cocok untuk sayuran. Tapi bagaimanapun, akhirnya kami tetap bisa memanfaatkan akuaponik ibc sehingga tetap bermanfaat bagi keluarga kami.



Hasil panenan dari bibit 1 ruas jari.


O iya selain kunyit kami juga menanam jahe merah, dan sudah mulai bertunas banyak, semoga kami bisa memanen lagi dengan hasil yang lebih banyak he...


Jahe merah akuaponik.

Sampai disini dulu kami berbagi pengalaman, semoga bermanfaat.


Salam akuaponik

Wana Wana

Saturday, 13 January 2018

Menanam Buncis Akuaponik #2 (Sistem Aliran Atas)

Pada artikel sebelumnya yang berjudul ''Buncis Akuaponik'' kami mencoba berbagi pengalaman menanam buncis dengan 2 sistem sekaligus yaitu DFT dan pasang surut. Hasilnya, buncis pasang surut jauh lebih baik daripada sistem DFT, meski hasilnya masih jauh dari harapan. Hal tersebut memang dapat dimaklumi, karena menggunakan sistem DFT memang kurang pas, apalagi tanaman buncis bisa tumbuh besar dan menjalar kemana-mana, yang tentu saja perakarannya jauh lebih banyak, demikian juga nutrisi yang dibutuhkan jauh lebih banyak daripada janis sayuran kerabat sawi. 
Sampai sekarang, menanam buncis tetap dilakukan, karena kami memang ingin ada banyak macam sayur di kebun kecil kami. Dari seringnya menanam dan dengan menggunakan berbagai teknik penanaman akuaponik, kami bisa mendapatkan banyak pengalaman. Sejak sistem aliran atas akuaponik kolam koi dibangun, kami bisa lebih banyak menanam lagi dengan berbagai macam sayuran dan salah satunya adalah buncis. 
Penanaman pertama dengan sistem aliran atas, ternyata mendapatkan hasil yang jauh lebih bagus dari dua sistem sebelumnya, dan pengalaman itu coba kami bagi di artikel sebelumnya dengan judul "Sistem Aliran Atas Kolam Koi". Berhenti 'sesaat' menanam buncis, kini kami menanam lagi 2 pohon sekaligus, karena jika hanya 1 pohon hasilnya kurang, apalagi terkadang usia panen tidak bersamaan, jadi terlampau sedikit untuk disayur. 
Kali ini hasilnya jauh lebih bagus lagi, meski penanaman dimusim hujan yang sinarnya jauh lebih sedikit. Memang semua tak pernah disangka-sangka akan lebih baik. Awal pertumbuhan memang terlihat biasa-biasa saja seperti sebelum-sebelumnya, dan kami memanen dari 2 pohon juga masih sedikit di awal, jadi dalam mengolah menjadi sayur harus dicampur dengan sayuran lain. 
Seiring perjalanan waktu, yang hasil sebelumnya kami kira sudah maksimal ternyata tidak, sebaliknya pertumbuhannya semakin bagus, daun dan bunga semakin banyak. 


2 tanaman buncis akuaponik.

Sekitar 1-2 minggu setelah banyak bermunculan bunga, kami melihat banyaknya buncis yang bergelantungan, bagi kami ini pengalaman berharga dan menyenangkan bisa melihat buncis berbuah banyak. Memang ada beberapa yang harus dipetik dahulu, karena jika harus menunggu dipetik bersamaan akan terlalu tua. Pada dasarnya jaraknya tidak terlalu lama, mungkin hanya 2-3 hari, tapi bagi buncis itu terlalu cepat, sehingga mau tidak mau harus dipetik dan disimpan dahulu di kulkas menunggu 2-3 hari berikutnya untuk bisa disayur bersama-sama.


Buah buncis bergerombol.

Sejak membangun sistem aliran atas kolam koi dari awal sampai sekarang, tidak ada perubahan samasekali, kami masih menggunakan media arang di bagian bawah dan pasir malang di bagian atas. Ikan yang kami pelihara juga masih sama, 5 ekor koi masing masing 2-4 kg, 2 ekor ikan grasscarp, 1 ekor tawes, 1 ekor ikan gurame padang, 2 ekor ikan sapu sapu dan ratusan ekor ikan wader. Kendala yang terjadi hanya pada bagian aliran masuk dari pipa ke growbed, karena lubang aliran hanya sebesar paku kecil, jadi rawan terjadi sumbatan. Tapi hebatnya dengan sistem ini tentu dengan media pasir malang, meski tersumbat sampai 2 hari tanaman tidak akan layu, mungkin karena daya resap pasir malang yang sangat bagus. 


Lumayan untuk sekali panen.


Perlu diketahui, sejak bulan april 2015 sampai sekarang Januari 2018, kami tidak pernah melakukan pengurasan kolam. kami hanya mengurangi endapan di bak pengendapan jika sudah terlalu banyak. Ikan semua sehat dan bahkan kolam selalu dalam kondisi jernih, kalaupun kotor akibat dedaunan yang jatuh ke kolam. Mungkin ini sebagai pembuktian juga jika akuaponik merupakan sebuah ekosistem yang sangat bagus bagi ikan maupun tanaman. 

Sebagai catatan, sampai sekarang kami tidak pernah menambahkan zat apapun ke sistem untuk membantu pertumbuhan tanaman, semua murni alami dari kotoran ikan yang diproses oleh cacing dan bakteri. Dan ini juga sebagai pembuktian bahwa hampir semua sayuran bisa ditanam di akuaponik, hanya tinggal bagaimana kita mengenal karakter tanaman sehingga bisa menentukan sistem apa yang cocok untuk penanamannya.


Salam Akuaponik 

Wana Wana