Rasanya sudah "gatal" untuk mengaplikasikan langsung siphon apung wana-wana ke akuaponik. Kebetulan ada pralon yang selama ini kurang optimal penggunaanya di akuaponik kolam fiber, dengan menambah "T" dan juga dop/tutup pralon,siphon apung harus saya aplikasikan. Saya juga belum tahu apa kelemahan dari siphon saya ini, untuk itulah saya harus mencoba langsung.
Tepatnya hari Minggu 8 Februari kebetulan libur kerja, sepulang dari bermain bersama istri dan anak tercinta, langsung tancap gas menuju halaman belakang. Jujur, memang tidak mudah mengaplikasikan siphon apung, karena kita harus mengatur supaya siphon dapat naik atau turun dengan jarak sekitar 10 cm, sementara jarak antara bagian atas dan bawah (ujung "T") sekitar 25 cm. Perlahan tapi pasti, ketemu juga ide untuk mengaplikasikan siphon tersebut, begitu senang rasanya... he...
Penampakan Siphon dari atas. |
Beginilah penampakan secara lebih luas. |
Output disalurkan ke kolam fiber. |
Untuk sementara pralon belum diisi tanaman, jadi saya ingin mengetahui terlebih dahulu apakah ada masalah, sambil menyiapkan langkah lain yaitu media tanam, sekaligus tanamannya, tapi air tetap dialiri dari kolam ikan.
10 Februari 2015
Siphon baru dan membuat sendiri memang butuh perjuangan, terjadi masalah itu pasti, tapi menurut saya justru itulah yang akan menjadikan siphon apung ini semakin sempurna (harapan saya. .he..). Jujur, pembuatan siphon ini butuh ketelitian lebih, mulai dari lubang air yang harus tepat dengan kolong, jarak kolong dan siphon yang tidak boleh terlalu longgar, bahkan hasil pembuatan lubang air harus mulus, jika tidak, dipastikan siphon tidak akan bisa bergerak naik turun.
Hal-hal detil telah dilakukan, bahkan perisai/pelindung pun telah dibuat dengan cantik. Kemarin sore tepatnya 9 Februari 2015, sehari setelah sistem berjalan, tenyata siphon macet, berfikir dan berfikir mencari penyebabnya. Setelah berkutik agak lama, saya mencoba meraba perisai bagian dalam terutama bekas pengeboran, benar juga, betapa kasarnya bekas pengeboran. Akhirnya perisai dicopot lagi dan lubang-lubang bekas pengeboran harus dibuat sehalus mungkin. Sistem dipasang lagi dan berjalan dengan baik, tapi setelah beberapa kali berjalan, lagi-lagi macet, kali ini harus berfikir lebih keras lagi, usut punya usut, ternyata ada bagian dari sambungan pipa yang fungsinya hanya untuk mengalirkan air ke kolam ternyata menjadi penyebabnya, terpaksa harus dilakukan modifikasi dengan memperuncing sambungan.
Pagi hari tadi (10 Februari 2015) sekitar pukul 05.30 WIB, sistem saya cek lagi, dan masih berjalan lancar, senang rasanya he.... Karena sistem sudah lebih lancar, akhirnya sambil bersih-bersih rumah, saya mencoba mencatat berapa lama proses surut dan pasangnya. Dari proses pencatatan diperoleh,
Proses surut terjadi selama 1:50 dtk.
Proses pasang terjadi selama 18:30 dtk.
O iya.. kemarin sore, saya juga melakukan pengukuran debit yang masuk ke pralon, meskipun tidak begitu presisi, dari hasil secara rerata, debit air adalah sekitar 1.8 liter/menit.
12 Februari 2015
Setelah beberapakali dop bagian bawah siphon apung tersangkut pipa sambungan, saya mencoba mencari ide untuk mengganti dengan cara berbeda. Setelah melihat siphon apung bagian bawah dengan detail, akhirnya ketemu ide untuk mengganti sambungan pipa yang sering menyebabkan siphon apung macet. Dan akhirnya, pipa sambungan untuk mengalirkan air ke kolam saya ganti dengan cara seperti gambar di bawah ini.
Tidak hanya lancar, ternyata setelah penggantian pipa, ada perubahan besar yang terjadi terutama air yang keluar. Jika dengan sambungan pipa 3/4", proses surut terjadi selama 1:50 detik, setelah diganti dengan pipa 2", proses surut terjadi hanya 54 detik sebuah perubahan yang besar.
Pagi hari tadi (10 Februari 2015) sekitar pukul 05.30 WIB, sistem saya cek lagi, dan masih berjalan lancar, senang rasanya he.... Karena sistem sudah lebih lancar, akhirnya sambil bersih-bersih rumah, saya mencoba mencatat berapa lama proses surut dan pasangnya. Dari proses pencatatan diperoleh,
Proses surut terjadi selama 1:50 dtk.
Proses pasang terjadi selama 18:30 dtk.
O iya.. kemarin sore, saya juga melakukan pengukuran debit yang masuk ke pralon, meskipun tidak begitu presisi, dari hasil secara rerata, debit air adalah sekitar 1.8 liter/menit.
12 Februari 2015
Setelah beberapakali dop bagian bawah siphon apung tersangkut pipa sambungan, saya mencoba mencari ide untuk mengganti dengan cara berbeda. Setelah melihat siphon apung bagian bawah dengan detail, akhirnya ketemu ide untuk mengganti sambungan pipa yang sering menyebabkan siphon apung macet. Dan akhirnya, pipa sambungan untuk mengalirkan air ke kolam saya ganti dengan cara seperti gambar di bawah ini.
Penggantian pipa buangan ke kolam. |
Tidak hanya lancar, ternyata setelah penggantian pipa, ada perubahan besar yang terjadi terutama air yang keluar. Jika dengan sambungan pipa 3/4", proses surut terjadi selama 1:50 detik, setelah diganti dengan pipa 2", proses surut terjadi hanya 54 detik sebuah perubahan yang besar.
Setelah saya amati, selama ini meskipun air bisa keluar, tapi akibat terhalang pipa 3/4", air tidak bisa mengalir dengan lancar, berbeda dengan pipa 2" air bisa leluasa mengalir lancar.
Meskipun berhasil mengalir, setiap hari selalu tak lepas dari pengamatan, apakah siphon apung bisa bekerja dengan lancar. Memang macet itu masih terjadi, dan itu benar-benar menjadi perhatian saya.
Penggunaan pipa 2 " sebagai pengapung memang terlalu berat, untuk itu saya mencoba mencari bahan lain yang lebih ringan. Memang tidak mudah mendapatkan bahan sebagai pengapung, setiap kali melihat botol bekas, apapun itu, akan selalu saya cek apakah bisa dipakai untuk pengapung, bahkan saat di kantor, mata melotot ke mana-mana he....
Akhirnya saya mendapatkan botol bekas tinta printer di kantor, sesampai di rumah, botol langsung "diekseskusi" dan memang bekerja lebih bagus dari dop 2". Setelah berjam-jam, siphon bekerja tanpa kendala, tapi sayang, pagi hari saat dicek, terjadi macet lagi, rupanya pengeboran yang saya lakukan tidak simetris, yang menyebabkan siphon apung tidak benar-benar berada di posisi vertical.
Siphon apung memang benar-benar harus presisi, saat ini saya masih mencari bahan yang seringan mungkin, dan proses pengeboran akan saya lakukan dengan benar-benar presisi.
19 Februari 2015
Setelah berhari-hari bereksperimen, ternyata tetap saja pilihan terbaik untuk siphon apung adalah tutup pralon (dop 2"), bahan yang sangat ringan ternyata tidak menjamin siphon berfungsi baik. Dan memang dari berbagai kegagalan yang telah saya alami, akhirnya banyak hal yang saya dapatkan dari siphon jenis apung ini.
Memang saya akui, kelemahan utama dari siphon apung adalah kotoran terutama berupa pasir yang bisa menghambat proses naik dan turunnya siphon apung. Sebelumnya saya mencoba berbagai cara untuk menghindari terjadinya macet pada siphon apung, terlepas dari masalah kotoran, dan semua berjalan dengan baik.
Hampir putus asa.. itulah kata-kata yang tepat setelah berhari-hari melakukan ujicoba... Bayangkan.. akibat dari macetnya siphon, air di media tanam sering luber, akibatnya kolam hampir kehabisan air, tapi itulah tantangan, semua pasti ada hal positifnya he...
Apakah siphon apung bisa digunakan..?
Setelah sekian banyak melakukan ujicoba, siphon apung sepertinya lebih cocok untuk akuaponik tanpa media (batu dll..), kalaupun dengan media, media harus bersih, tapi tentu saja itu tidak menjamin siphon akan macet. Hal lain, siphon apung sepertinya tidak cocok untuk diplikasikan pada media tanam/wadah yang sempit yang menggunakan media tanam (batu,arang, dll), kecuali siphon dipasang di luar growbed.
Saya sendiri masih setia dengan siphon apung yang saya aplikasikan di media pralon, untuk menghindari banyaknya kotoran, sebelum masuk ke siphon, saya pasang spon, supaya air bisa lebih bersih, dan memang itu bisa lebih bagus, dalam artian macet tidak sering terjadi.
Apa sebenarnya kelebihan & kekurangan siphon apung..?
Satu hal yang membuat saya suka dari siphon apung adalah, siphon apung mampu bekerja dengan baik dari debit kecil sampai besar tanpa merubah apapun, jadi saat pompa kotor dan debit air mengecil, siphon apung masih bisa bekerja dengan baik. Tentu saja bukan berarti kita kemudian tidak melakukan pembersihan berkala, chek dan pemebersihan harus selalu dilakukan, hanya saja saat dimana tiba-tiba ada kotoran pada pompa dan kita tidak mengetahui sehingga debit air mengecil, shypon masih bisa bekerja.
Hal lain yang saya suka dari siphon apung, saat terjadi macet, kita tidak perlu susah-susah mencari penyebabnya, tinggal kita sentuh dengan jari kita, siphon dapat bekerja lagi. Tapi, kita harus membuat lubang khusus supaya saat terjadi macet air tidak luber.
Dan yang kurang saya sukai dari siphon apung adalah, air harus benar-benar bersih supaya siphon apung tidak macet, padahal saya suka ber-akuaponik dengan menggunakan media tanam.. tapi itu baru awal, saya yakin semakin berusaha akan semakin sempurna he...
Ada sebuah ide sebenarnya, tapi belum saya aplikasikan.. Siphon apung lebih banyak mengalami macet saat pasang, karena lubang siphon saat terjadi pasang tertutup oleh kolong, akibatnya air secara perlahan akan naik dan akhirnya tumpah/luber, dari kondisi inilah ada ide untuk mengkombinasikan antara siphon apung dan siphon "U". Jadi saat siphon apung macet, siphon U akan berfungsi. Semoga ini akan menjadi sebuah solusi yang bagus... hehe...
20 Februari 2015
Dan ide itu telah saya realisasikan, tapi tidak dengan U siphon, melainkan dengan loop siphon.
kita lihat apa yang terjadi, untuk selang masih terlalu kecil, sekarang lagi mencari yang agak lebih besar.
25 Februari 2015
Pengaruh filter..
Shypon apung sangat sensitif terhadap kotoran, celah antara pipa shypon dan kolong sangat mudah sekali terisi kotoran dan akibatnya shypon akan sering macet. Untuk itulah, jika ingin mengaplikasikan shyphon apung, air dari kolam harus dilewatkan filter terlebih dahulu, dalam hal ini pengendapan. Jadi kotoran padat termasuk pasir lembut akan mengendap dan tidak terbawa menuju media tanam.
Lebih dari itu, jika ingin mengaplikasikan shypon apung dalam satu wadah dengan grow bed, maka shypon tersebut harus melewati proses filter lagi, karena bagaimanapun growbed akan penuh dengan kotoran, apalagi jika sistem sudah berjalan dalam waktu yang lama.
Desain kolong untuk shypon apung...
Dari pengalaman yang saya peroleh, memasang kolong dengan cara yang pernah saya posting sebelumnya (gambar di bawah) ternyata memiliki kelemahan.
Dengan cara pemasangan seperti gambar di atas, akan banyak kotoran yang bisa masuk di bagian dalam verloop ring yang masih menyisakan celah begitu lebar, akibatnya, sewaktu-waktu kotoran tersebut akan menyebabkan kemacetan pada shypon apung.
19 Februari 2015
Setelah berhari-hari bereksperimen, ternyata tetap saja pilihan terbaik untuk siphon apung adalah tutup pralon (dop 2"), bahan yang sangat ringan ternyata tidak menjamin siphon berfungsi baik. Dan memang dari berbagai kegagalan yang telah saya alami, akhirnya banyak hal yang saya dapatkan dari siphon jenis apung ini.
Memang saya akui, kelemahan utama dari siphon apung adalah kotoran terutama berupa pasir yang bisa menghambat proses naik dan turunnya siphon apung. Sebelumnya saya mencoba berbagai cara untuk menghindari terjadinya macet pada siphon apung, terlepas dari masalah kotoran, dan semua berjalan dengan baik.
Hampir putus asa.. itulah kata-kata yang tepat setelah berhari-hari melakukan ujicoba... Bayangkan.. akibat dari macetnya siphon, air di media tanam sering luber, akibatnya kolam hampir kehabisan air, tapi itulah tantangan, semua pasti ada hal positifnya he...
Apakah siphon apung bisa digunakan..?
Setelah sekian banyak melakukan ujicoba, siphon apung sepertinya lebih cocok untuk akuaponik tanpa media (batu dll..), kalaupun dengan media, media harus bersih, tapi tentu saja itu tidak menjamin siphon akan macet. Hal lain, siphon apung sepertinya tidak cocok untuk diplikasikan pada media tanam/wadah yang sempit yang menggunakan media tanam (batu,arang, dll), kecuali siphon dipasang di luar growbed.
Saya sendiri masih setia dengan siphon apung yang saya aplikasikan di media pralon, untuk menghindari banyaknya kotoran, sebelum masuk ke siphon, saya pasang spon, supaya air bisa lebih bersih, dan memang itu bisa lebih bagus, dalam artian macet tidak sering terjadi.
Perisai diperbesar dan ditambah spon sebagai penyaring. |
Apa sebenarnya kelebihan & kekurangan siphon apung..?
Satu hal yang membuat saya suka dari siphon apung adalah, siphon apung mampu bekerja dengan baik dari debit kecil sampai besar tanpa merubah apapun, jadi saat pompa kotor dan debit air mengecil, siphon apung masih bisa bekerja dengan baik. Tentu saja bukan berarti kita kemudian tidak melakukan pembersihan berkala, chek dan pemebersihan harus selalu dilakukan, hanya saja saat dimana tiba-tiba ada kotoran pada pompa dan kita tidak mengetahui sehingga debit air mengecil, shypon masih bisa bekerja.
Hal lain yang saya suka dari siphon apung, saat terjadi macet, kita tidak perlu susah-susah mencari penyebabnya, tinggal kita sentuh dengan jari kita, siphon dapat bekerja lagi. Tapi, kita harus membuat lubang khusus supaya saat terjadi macet air tidak luber.
Dan yang kurang saya sukai dari siphon apung adalah, air harus benar-benar bersih supaya siphon apung tidak macet, padahal saya suka ber-akuaponik dengan menggunakan media tanam.. tapi itu baru awal, saya yakin semakin berusaha akan semakin sempurna he...
Saya masih menunggu hasilnya.... |
Ada sebuah ide sebenarnya, tapi belum saya aplikasikan.. Siphon apung lebih banyak mengalami macet saat pasang, karena lubang siphon saat terjadi pasang tertutup oleh kolong, akibatnya air secara perlahan akan naik dan akhirnya tumpah/luber, dari kondisi inilah ada ide untuk mengkombinasikan antara siphon apung dan siphon "U". Jadi saat siphon apung macet, siphon U akan berfungsi. Semoga ini akan menjadi sebuah solusi yang bagus... hehe...
20 Februari 2015
Dan ide itu telah saya realisasikan, tapi tidak dengan U siphon, melainkan dengan loop siphon.
Ujicoba loop siphon. |
Beginilah jadinya he... |
kita lihat apa yang terjadi, untuk selang masih terlalu kecil, sekarang lagi mencari yang agak lebih besar.
25 Februari 2015
Pengaruh filter..
Shypon apung sangat sensitif terhadap kotoran, celah antara pipa shypon dan kolong sangat mudah sekali terisi kotoran dan akibatnya shypon akan sering macet. Untuk itulah, jika ingin mengaplikasikan shyphon apung, air dari kolam harus dilewatkan filter terlebih dahulu, dalam hal ini pengendapan. Jadi kotoran padat termasuk pasir lembut akan mengendap dan tidak terbawa menuju media tanam.
Lebih dari itu, jika ingin mengaplikasikan shypon apung dalam satu wadah dengan grow bed, maka shypon tersebut harus melewati proses filter lagi, karena bagaimanapun growbed akan penuh dengan kotoran, apalagi jika sistem sudah berjalan dalam waktu yang lama.
Desain kolong untuk shypon apung...
Dari pengalaman yang saya peroleh, memasang kolong dengan cara yang pernah saya posting sebelumnya (gambar di bawah) ternyata memiliki kelemahan.
Cara pemasangan yang kurang tepat. |
Dengan cara pemasangan seperti gambar di atas, akan banyak kotoran yang bisa masuk di bagian dalam verloop ring yang masih menyisakan celah begitu lebar, akibatnya, sewaktu-waktu kotoran tersebut akan menyebabkan kemacetan pada shypon apung.
Untuk meminimalkan kemacetan selain dengan filter, kita harus memasang kolong dengan cara menempatkan sockdrat luar di bagian atas, tentu saja sockdrat yang dibutuhkan tidak hanya 1, melainkan 2. Akibat dari pemasangan yang berubah tentu saja akan membuat jarak antara dasar grobed dan titik surut menjadi lebih panjang/tinggi, untuk itu akan lebih baik jika pemasangan shypon apung dilakukan di luar grow bed, jika masih ingin tetap jadi satu, syarat yang harus dipenuhi adalah menggunakan grow bed yang lebih tinggi.
8 Maret 2015
Trimakasih
8 Maret 2015
Sudah 15 hari lebih aplikasi shypon apung 1 berjalan, sampai saat ini tidak ada masalah sama sekali, semoga berlanjut seterusnya, yang penting kita tetap melakukan pembersihan pompa air secara rutin.
Untuk pengaplikasian terbaik bisa dilihat di Akuaponik Kolam Koi II, dengan desain yang lebih baik.
Desain yang lebih baik. |
Trimakasih