Pada awal tahun 2015, tepatnya bulan April kami membangun "Akuaponik Koi Jilid II" dan salah satu tanaman yang ditanam waktu itu adalah bawang merah. Bawang merah yang coba kami tanam berasal dari umbi bawang merah yang sudah tua yang diambil di dapur. Hasilnya tidak terlalu jelek, bahkan cukup lumayan, meski ditanam dengan sistem akuaponik yang mana hanya mengandalkan nutrisi dari kotoran ikan yang sudah terproses alami menjadi pupuk di filter biologis.
Dan tepat tanggal 1 September 2017, kami menanam bawang merah lagi, kali ini berbeda dari sebelumnya. Kami menanam bawang merah bukan dari umbi yang sudah tua, melainkan dari biji bawang merah yang ukurannnya kecil dan berwarna hitam. "Penemuan" biji inipun sebenarnya tidak sengaja, ketika belanja bibit, ternyata melihat benih biji bawang merah, dan seketika itu langsung tertarik untuk mencoba.
Biji bawang merah |
Dalam penanaman kali ini, kami masih menggunakan akuaponik yang sama dengan sebelumnya yaitu akuaponik jilid II, hanya saja media yang kami gunakan berbeda yaitu pasir malang dan sistem penanaman masih sama yaitu pasang surut dibantu siphon apung. Benih kami tanam pada tanggal 1 September 2017, dengan langsung memasukkan biji ke dalam lapisan pasir dengan kedalaman sekitar 1-2 cm, dengan jarak tanam yang masih acak. Di usia 10 hari, biji sudah mulai tinggi langsing dengan rata-rata kulit dari biji bawang belum terlepas dari ujung daun bawang.
Jujur, melihat perbedaan pertumbuhan dari umbi dan biji terlihat sangat kontras dari segi ukuran. Bawang yang tumbuh dari biji, terlihat sangat kecil dan sangat lemah, bahkan kami sampai tak yakin tanaman bawang tersebut akan bisa bertahan hidup. Selama pertumbuhan, tidak banyak yang kami lakukan, hanya ketika ada gulma yang mulai rimbun kami coba singkirkan supaya tidak terlalu mengganggu pertumbuhannya.
Usia 10 hari. |
Ditanam di bulan september sebagai bulan memasuki musim penghujan sepertinya kurang tepat, karena bulan berikutnya sudah mulai musim penghujan, yang artinya akan banyak mendung sehingga cahaya matahari akan lebih sedikit.
DAri yang kami amatai, minimnya sinar matahari dan mulai banyaknya hujan, membuat lapisan pasir bagian atas selalu dalam kondisi basah yang berlebihan, ditambah lapisan kering hanya sekitar 5 cm. Lapisan kering 5 cm untuk media pasir malang, membuat lapisan atas pun akan sangat basah. Akibat dari kondisi tersebut beberapa tanaman bawang mulai membusuk. Dan sebagai catatan, tanaman yang dekat sumber air juga tidak mampu bertahan hidup alias membusuk.
Seiring waktu, tanaman yang bertahan hidup yang jauh dari sumber air ternyata mulai berumbi, dan ini yang membuat saya takjub, karena yang saya bayangkan akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa berumbi, jika mengingat lagi biji yang ditanam.
Pada bulan ke-4 sebenarnya sudah bisa dipanen, karena beberapa umbi sudah terlihat sempurna, tapi melihat ciri daun yang masih hijau kokoh, pemanenan diundur sampai terlihat daun menguning kecoklatan. Baru pada bulan ke-5 diputuskan untuk dipanen. Dari umbi yang berhasil dipanen, ada beberapa yang daunnya sudah hilang, begitu juga akarnya, namun ada beberapa yang akar dan daunnya masih bagus, bahkan ada 1 yang umbinya masih kecil belum saatnya dipanen.
Yang jauh dari sumber air yang bertahan. |
Hasil ujicoba. |
Bawang merah yang ditanam adalah bawang merah tuk tuk, sesuai dengan yang tertera di kemasan. Jika melihat gambar yang ada dikemasan, hasil dari bebrapa panenan, mirip dengan apa yang ada di gambar kemasan. bentuknya bulat sedang dan hanya ada 1 umbi untuk 1 pohon.
Gambar di kemasan |
Meski hanya beberapa tanaman yang jumlahnya sangat sedikit, tapi bisa memanen dan beberapa hasilnya bagus, kami sangat senang. Tentu dari pengalaman ini kami mendapatkan ilmu yang berguna.
Selanjutnya, kami mencoba menanam lagi dan lebih banyak, mengingat sebentar lagi akan musim panas. Dan kali ini kami juga akan menambah lapisan pasir supaya lebih tebal dan tidak terlalu basah.
Kiranya inilah pengalaman berharga kami dalam menanam bawang merah dari biji dengan sistem akuaponik, semoga ada manfaatnya.
Salam akuaponik
Wana Wana