Saturday 11 August 2018

Belajar Akuaponik Sistem DFT

Dalam akuaponik terdapat berbagai teknik menanam, beberapa diantaranya adalah sistem pasang surut, sistem aliran atas, sistem sumbu, sistem tower/menara, sistem rakit apung sistem NFT dan sistem DFT. Beberapa sistem telah saya coba, untuk sistem pasang surut dan sistem aliran atas sampai saat ini masih menjadi primadona. Mengapa sistem pasang surut dan sistem aliran atas menjadi primadona, dari pengalaman selama ini, ada beberapa kelebihan dari sistem ini, antara lain mudah diaplikasikan, pertumbuhan tanaman lebih stabil, berbagai jenis tanaman bisa diaplikasikan dengan sangat baik dan tentu saja air kolam menjadi lebih jernih dengan sistem ini, meski aliran air langsung dialirkan ke kolam dari tanaman.  
Dari sekian banyak teknik menanam, sistem NFT dan DFT sebenarnya sangat menarik, terlebih jika kita ingin menanam sayuran daun seperti kangkung, sawi, slada, seledri, dll. Hanya dengan berbekal 1 pipa pvc panjang 4 m dan berdiameter minimal 2,5" kita bisa menanam sekitar 20 tanaman sayur yang jika bisa tumbuh subur akan terlihat sangat cantik dan menarik. 
Sistem NFT atau Nutrient Film Technique dan DFT atau Deep Flow Technique merupakan sistem yang hampir sama, yang membedakannya adalah kedalaman air atau nutrisi. Sistem NFT memiliki kedalaman yang sangat dangkal atau bisa dikatakan tipis sesuai dengan namanya film, sedangkan DFT tentu lebih dalam sesuai juga dengan namanya deep. Jadi bisa dikatakan dengan bahasa mudahnya, NFT aliran tipis tanpa genangan dan DFT aliran yang ada genangannya. Memang secara pribadi saya masih bingung juga, apakah NFT dan DFT hanya berdasarkan kedalaman air saja, ataukah  teknik peletakan tanaman juga harus dikhususkan supaya dapat disebut NFT atau DFT. Saya tentu tak ingin berdebat panjang, yang terpenting bagaimana kita bisa menumbuhkan tanaman dengan sistem akuaponik yang mirip dengan sistem DFT atau NFT he...
Memang teknik ini terlihat mudah, hanya sekedar mengalirkan air ke pipa pvc dan menggantungkan tanaman di atasnya maka tanaman bisa subur. Kenyataannya tidak semudah itu. Kurang lebih 6 tahun ber-akuaponik, saya berusaha untuk mencoba mengumpulkan pengalaman dan mencari apa saja penyebab tanaman tidak subur dalam sistem akuaponik. Sistem NFT dan DFT pernah saya coba,  waktu itu akuaponik benar-benar belum seheboh sekarang sehingga saya tidak tahu jika yang saya coba itu adalah teknik NFT atau DFT. Dari hasil yang dicoba, ternyata tanaman tumbuh mengenaskan, ketika itu percobaan dihentikan dan lebih fokus ke sistem pasang surut dan sistem aliran atas. 
Dengan banyak mencoba dan mengamati, saya semakin paham bahwa yang kita tanam sebagian besar adalah tanaman darat, bukan tanaman air seperti kangkung, jadi kita harus memperlakukannya berbeda. Seperti halnya kita memelihara ikan dan ayam, jika ayam kita tenggelamkan ke air seperti ikan, 10 menit saja mungkin akan mati karena kehabisan oksigen. Dari pengalaman berakuaponik selama ini, ternyata juga demikian halnya, tanaman darat jika kita rendam dalam air tanpa ada oksigen, ya secara perlahan akan mati juga. 
Apa yang saya lakukan selama ini adalah tetap berpegang prinsip dan keyakinan bahwa tanpa penambahan unsur dari luar pun tanaman akan bisa subur, dengan sistem pasang surut, mupun sistem aliran atas hal itu sudah terbukti, terlihat dari artikel-artikel saya sebelumnya.
Nah dari pengalaman pasang surut dan aliran atas itulah akhirnya saya mendapatkan banyak ilmu, berbekal ilmu itulah saya mencoba lagi sistem DFT. Dalam sistem yang coba saya bangun, saya tidak melibatkan aerator, hal itu adalah upaya saya untuk mengurangi konsumsi listrik, untuk itulah saya berusaha menemukan cara supaya tanaman tetap bisa bernafas dalam sistem DFT.

Dalam membangun sistem DFT ini, secara kebetulan pipa pvc yang saya pergunakan ada dua ukuran, yang pertama ukuran 2,5" yang dulu pernah saya gunakan dan akhirnya dihentikan, yang ke-dua ukuran 4". Untuk pvc 2,5" penanaman menggunakan netpot dan media yang digunakan untuk menanam adalah rockwall. 
Pada artikel sebelumnya, saya mencoba berbagi tentang pembibitan dengan menggunakan endapan kotoran ikan yang sudah hancur dan tidak berbau. Nah, pembibitan pada tanaman sawi yang akan ditanam pada pvc 2,5" ini menggunakan rockwall yang diletakkan diatas endapan kotoran ikan. Dalam pemikiran saya, rockwall tidak akan mudah kering, dan setelah akar mulai berkembang maka akan mendapatkan asupan nutrisi dari endapan tersebut. Jujur cara ini saya anggap bagus karena pada kenyataannya tanaman bisa tumbuh bagus semasa pembibitan.


Rockwall diletakkan di atas endapan kotoran ikan.

Setelah umur sekitar 2 minggu, tanaman dipindahkan ke netpot dengan sangat hati-hati supaya akar jangan banyak yang terputus. Endapan kotoran ikan yang mengeras ikut dibawa dan diletakkan ke dalam netpot. Endapan yang terbawa ini yang bersentuhan dengan air di dalam pvc, sementara rockwall tidak. 
Seiring waktu, ternyata tanaman tumbuh baik, memang terkadang ada warna kuning yang muncul tapi tidak untuk semua tanaman, dan warna itupan sering berubah ubah dalam waktu beberapa hari. Karena saya tetap mempertahankan nutrisi dari kotoran ikan hal itu saya biarkan sekaligus sebagai bahan pengamatan saya.







Dari yang saya amati, jika salah satu sumber aliran air/nutrisi mampet dan tidak terdeteksi beberapa hari, maka tanaman sawi akan mulai terlihat menguning, tapi setelah diperbaiki daun baru akan mulai hijau kembali, sementara daun yang menguning tetap akan menguning. Tapi secara keseluruhan sistem ini berjalan baik.


Untuk pvc 4", wadah tanam menggunakan gelas bekas minuman mineral yang bagian samping dilubang menggunakan solder, dan bagian bawah dilubang cukup besar dengan diameter sekitar 2 - 2,5 cm. Media yang digunakan terdiri dari rockwall setebal 1 - 1,5 cm diletakkan di dasar gelas. Di atas rockwall diisi pasir malang sampai penuh. Jadi rockwall bertujuan supaya pasir tidak jatuh, selain itu akar yang akan menembus dasar gelas tidak terhalang tapi tetap bisa menembus sampai ke luar. Dengan cara ini harapan saya bisa lebih menghemat rockwall, dan pasir yang digunakan dapat digunakan secara terus menerus.




Karena saya merasa sudah mantap dengan mengandalkan endapan kotoran ikan, maka dalam pembibitan tanaman untuk ditanam di pipa pvc 2,5" ini saya lakukan hal yang sama. bedanya dengan yang 2", sekarang tidak menggunakan rockwall, jadi benih langsung disemai di atas endapan kotoran ikan. 





Setelah umur cukup sekitar 2 minggu, tanaman beserta endapan yang menempel dipindahkan ke wadah gelas dengan media pasir malang yang sudah disiapkan sebelumnya. Untuk level air yang ada di pipa pvc dijaga sampai menyentuh gelas maksimal 1/4 bagian bawah, jadi bisa dikatakan media yang terendam air hanya 1/4 bagian bawah. Karena dalam pemindahan tanaman endapan kotoran yang menempel juga ikut dibawa, maka tanaman dalam proses adaptasi jauh lebih cepat. Oh iya sebelum pemindahan pastikan pasir bagian atas sudah basah karena kapilaritas. 






Dan sampai saat ini usia 10 hari dari pindah tanam, sayuran sama sekali tidak terlihat tanda-tanda menguning, dan ketika coba saya angkat, akar mulai menjalar keluar menyentuh genangan air. Semoga saja percobaan ini berhasil.. 


Bersambung...