Sunday 27 November 2016

Puternya Wana Wana

Sesuai nama blog ini 'wana wana' yang artinya hutan, kami ingin membuat pekarangan kami, walau kecil, tapi bernuansa hutan, dengan banyak pohon yang memberikan kesejukan, kolam akuaponik dengan suara gemericik seperti sebuah sungai dan hewan piaraan dengan tingkah lucu dan suara khasnya. 
Dan sekarang, keluarga kami bertambah lagi yaitu sepasang burung puter. Kehadiran burung puter membuat susana pekarangan kami menjadi lebih hidup, karena suara khasnya sering terdengar tanpa kenal waktu yang membuat suasana menjadi lebih nyaman.
Kami memelihara puter karena terbawa suasana di desa, di tempat eyang kami semasa kecil. Saat liburan sekolah, kami sering menghabiskan waktu di tempat eyang/simbah di Gunung Kidul, ada secuil kenangan dimana saat bangun pagi, di celah dinding gedek, sinar matahari menembus hingga terlihat begitu indah, bahkan terlihat jelas butiran debu yang beterbangan dan lebih dari itu, dari balik dinding gedek itu pula, terdengan suara burung puter   kuk gerukkkk kook... kuk gerukkkkk kook... Suasana itu benar-benar terekam sampai saat ini.   
Kami membeli burung puter dari seorang teman, harganya waktu itu Rp200.000,- sepasang, mungkin terbilang mahal, tapi tak apalah yang penting kami suka he... Awalnya kami pelihara di kandang kecil, tapi lama-lama merasa kasihan karena geraknya terbatas, tidak bisa terbang kesa kemari dan setiap kali bertelur, telurnya pecah. Pernah kami buatkan tempat khusus dan telurnya dierami tapi setelah menetas mati. 
Nah sekarang, dengan modal kurang lebih sekitar Rp300.000,- kami membuat kandang polier, memanfaatkan sisi timur rumah kami yang tersisa. Pengerjaan memang lama, karena mencari waktu luang tapi pada akhirnya bisa selesai he...


Memang susah mengerjakan sendiri karena bukan ahlinya
 tapi puas he..

Ada hal hal yang menarik yang kami ketahui dari puter setelah memeliharanya, antara lain:
1. Membedakan puter jantan dan betina dari ciri fisik luarnya ternyata sangat susah, sampai sekarang kami belum menemukan he..
2. Saat mengerami telur, baik jantan dan betina ternyata bergantian, kami pernah melihat langsung saat mereka bergantian untuk mengerami.
3. Baik jantan dan betina, keduanya bisa manggung, jadi saat semua manggung bersama terdengar sangat menyenangkan.
4. Burung puter termasuk jinak dan bersahabat, kami pernah mencoba memberi makan menggunakan tangan istilah kerennya handfeeding kalo gak salah, mereka mau mendekat dan makan biji yang ada di tangan.
5. Puter manggung tak kenal waktu, bahkan pagi dini hari pun akan manggung, dan itu sering terdengar. 
6. Telur burung puter selalu 2 biji, tidak kurang tidak lebih, tapi keluarnya tidak di hari yang sama.
7. Akan diisi kalo sudah menemukan hal unik yang lain he.... 



Tirta anak kami pun senang bisa bermain
dengan burungnya dengan leluasa


Menyenangkan rasanya, mereka berani mendekat.


Selang beberapa hari setelah burung kami pindah ke kandang, akhirnya betelur lagi, kali ini kami berharap bisa menetas. Ada yang unik, setelah bertelur, burung pasangannya terbang ke sana kemari mencari dedaunan kering untuk digunakan sebagai sarang, mengetahui hal itu, kami coba masukkan rumput ke kandang dan membiarkan burung tersebut memilihnya sendiri.


Salah satu burung mencari rumput untuk sarang.


Puter dan telurnya.


Harapan kami supaya telur menetas sangat tinggi, untuk itulah setiap hari kami memastikan telur masih ada dan dierami. Ternyata harapan itu memang menjadi kenyataan, pada tanggal 23 november 2016, terlihat anakan burung puter, tapi masih satu, selang dua hari kemudian baru terlihat anakan yang lain. Jika dihitung mulai dari awal kami melihat telurnya dan awal kami melihat anakan puter dari telur yang menetas pertama, kira kira lebih dari 15 hari, dan jarak antara telur pertama dan kedua menetas sekitar 2 hari. Tentu kami sangat senang karena burung puter kami bertambah banyak.


Selamat datang puter kecil. 


Mereka berdua bersama sama menjaga anaknya.

4 Desember 2016


Melihat perkembangan anakan puter ternyata menyenangkan, sama seperti saat mengikuti perkembangan ayam. Ada hal yang selama ini menjadi pertanyaan yaitu, bagaimana induk puter memberi makan anakan puter yang baru menetas ?. Setelah banyak membaca, akhirnya terjawab, bahwa memang ada yang namanya air susu tembolok yang diberikan ke anaknya untuk beberapa hari sebelum akhirnya perlahan diberi biji-bijian lembut/kecil oleh induknya. Jawaban tersebut membuat lega, karena selama ini kawatir anakan puter tersebut tidak bisa makan he... 
Oh. iya, sekarang tempat tidur anakan puter lebih nyaman, karena beberapa hari yang lalu saat memangkas pohon nangka di depan rumah, tak sengaja ada sarang burung. Sebenarnya kasihan, karena induk burung emprit tersebut akan mencari, tapi terlanjur dan tak terlihat sebelumnya. 
Perkembangan anakan burung puter ternyata cepat sekali, karena baru berumur kira-kira 7 hari, bulu2 kecil sudah mulai banyak terlihat. Akhir-akhir ini induk sudah mulai sering keluar, tidak seperti sebelumnya yang selalu menjaga anakan puter setiap waktu.


Anakan puter umur 7 hari.

Semoga puter puter kecil bisa bertumbuh dengan baik, dan menjadikan 'wana wana' semakin rame dan kami bisa hidup berdampingan untuk saling memberi... he...

Keluar sarang

Setiap hari kami tengok walau terkadang hanya sekedar memberi makan dan minum, perkembangan anakan puter memang cukup cepat, hingga tanggal 23 Desember 2016 kami menemukan anakan puter sudah ada di bawah, tidak di sarang lagi. Jika dihitung dari menetas sampai keluar sarang, kira-kira 20 hari, ternyata cepat he... 

Sehari sebelum keluar sarang
Hari pertama mereka keluar sarang
Anakan puter 1



Anakan puter 2



Dan ini penampakan puter setelah umur 3 bulan kurang 10 hari, mereka sudah bisa terbang ke sana kemari, tapi belum terdengar suara merdunya he...








Salam Bahagia

Wana Wana



5 comments:

  1. TOP bgt pa
    saya juga suka burung puter pa
    dari kecil sy sudah menyukainya
    suaranya merdu apalagi klo bunyi tengah malam
    sayup2 menyedihkan dan mengalun sendu hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih...
      Suaranya indah, betul kadang memang terdengar seperti suara sedih he...

      salam puter...

      Delete
  2. Puter is the best
    Salam dari jepara

    ReplyDelete
  3. Pengalaman yang hampir sama,dulu kalo mudik ke desa,hampir setiap pagi kami di ajak ngasih makan puter peliharaan mbah,suaranya yang khas,saya pun akhirnya tertarik untuk ikut memelihara dan melestarikan,sekarang ada 2 pasang puter di rumah,rasanya ayem.tenang n selalu membuat flashback k bbrp waktu lalu

    ReplyDelete