Sunday 26 February 2017

Update Akuaponik IBC 2017_01

Setelah sekian lama, ingin rasanya meng-update akauponik ibc, walau tanaman di akuaponik ini sedang merana. Posisinya yang terlalu dekat rumah, menyebabkan kurangnya sinar matahari, bahkan hampir 90% seperti saat ini, saat matahari berada di sebelah selatan katulistiwa. Pada saat matahari kurang bersahabat, akuaponik tetap berjalan walau kurang maksimal. Tapi jangan salah, akuaponik tidak hanya sayuran, tapi juga ikan, walau merana dari segi sayur, ikan justru sebaliknya, kami sering mengambil untuk lauk, karena tujuan utama kami memang untuk kebutuhan gizi keluarga. 

 
Jika ada saudara datang bisa masak ikan he..

 
Karena kami bertiga kami ambil cukup 3 saja.


Meskipun sayuran di akuaponik ibc sedang 'istirahat', kami bisa mengambil sayuran dari akuaponik lain atau yang kami tanam di pot.  Sayuran dan ikan terkadang kami kombinasikan menjadi menu yang lezat menurut selera kami. Seperti di bawah ini, dengan mengumpulkan sayuran di kebun dan mengambil ikan di akuaponik ibc untuk membuat sop ikan makanan kesukaan kami.


Semua dari pekarangan kami.

 
Sop ikan favorit kami.

Kami mengambil ikan hanya yang sudah besar, dan memang lumayan, bobot ikan nila yang biasa kami ambil antara 500-750 gr.


 
Senang bisa panen kapanpun kita mau.

Terlalu asyik kami menikmati ikan, tidak terasa ikan mulai habis terutama di akuaponik ibc. Memang sejak pertama sekitar 2 tahun yang lalu, kami hanya membeli sekali ikan nila, setelah itu ikan beranak pinak sampai sekarang, dan yang kami ambil sekarang entah turunan keberapa he..
Kebetulan kami ingin menambah growbed untuk menanam sayuran terutama cabe dari kolam ibc, sehingga kami perlu menambah ikan lagi supaya nutrisi terpenuhi, selain itu jumlah ikan nila juga semakin sedikit.
Kemarin sore setelah growbed siap kami membeli ikan lele sebanyak 5 kg, yang isinya setelah dihitung ada 380 ekor, kata penjual umur lele sekitar 1 bulan. Lele kami masukkan ke kolam ibc 1 yang sebelumnya ikan nila yang tersisa tidak lebih dari 20 ekor kami pindahkan ke kolam ibc 2.






Growbed baru dengan sistem aliran atas.


Selain lele kami membeli nila 2 kg, yang jumlahnya 25 ekor. maksud kami supaya lele baru ini ini bisa kawin dengan lele yang lama yang tinggal di ibc 2.








 
Pedro sedang menghitung lele he...

Setelah lele masuk kolam, pagi ini lele dalam kondisi sehat mau makan. O iya air kolam sengaja tidak kami ganti meskipun kami masukkan 100% ikan baru di ibc 1, alasan kami sistem sudah bagus atau 'matang'.


Kondisi lele pagi ini.


8 Maret 2017

Masalah ternyata datang setelah pembelian ikan baru, beberapa hari kemudian ikan nila yang baru saja dibeli ternyata bergelimpangan, kemungkinan karena jamur. Sama seperti dulu di awal, ikan banyak yang sakit dan akhirnya mati, untuk antisipasi terpaksa kolam dikuras. 
Untungnya kami diberi penghiburan meski ikan nila baru banyak yang mati. Setelah dikuras, kami bisa melihat ikan  gurame yang kami pelihara sejak akuaponik ibc kami bangun, mungkin sudah sekitar 2,5 tahun, kami ambil salah satu dan kami foto 'klik' he... Bukan tanpa alasan, kami begitu senang dan heran, meski ukuran luas kolam hanya 1mx1m, tapi ikan gurame dapat tumbuh besar.





Trimakasih.

Update Akuaponik Sistem Sumbu #3

Setelah tanaman sawi tidak berkembang dengan baik, akhirnya kami memanen dan memasaknya meskipun kecil dan sedikit, bagaimanapun itu adalah hasil yang tetap harus diterima dan dinikmati, tapi jangan salah, sawi itu tetep bebas pestisida he... 
Setelah panen, beberapa hari kemudian kami coba tanam kangkung dengan 2 butir biji yang langsung dimasukkan di rockwool, dengan cara membuat lubang kecil. Sebelum biji kami masukkan kami coba tuang dulu di air, biji yang mengambang kami buang, dan yang kami tanam biji yang tenggelam. 
Biji kami masukkan ada yang tanggal 29 Januari untuk 3 lajur dan lajur berikutnya kalo tidak salah tanggal 1 Februari 2017, sekitar 2 hari kemudian mulai tumbuh.  
Seperti sebelumnya, kami mengamati pergerakan akar, memang perakaran kangkung begitu cepat, bahkan ada beberapa yang langsung menembus ke kain flanel lurus menuju ke air, dan tidak melewati jalur kain flanel.


 
Sekitar hari ke-8, perakaran sudah mulai begitu banyak.


Berbeda dengan tanaman sawi sebelumnya, bak tempat menanam sekarang tentunya sudah jauh lebih 'matang', karena sistem jauh lebih lama, sehingga meskipun bak ini digunakan sebagai penampung kotoran, setidaknya akan lebih banyak nutrisi yang bisa diserap.
Sama seperti sebelumnya, sinar matahari masih menjadi kendala utama, tanaman di area ini sekitar jam 10 pagi baru mendapatkan sinar, itu belum ditambah cuaca yang sering hujan, jadi terlihat tanaman kangkung lebih jangkung. Meskipun begitu, dari yang kami perhatikan, tidak ada tanda tanda tanaman atau ujung daun menguning sebagai tanada kekurangan nutrisi.


Sekitar hari ke-22.
Meskipun tidak bisa hijau pekat, tapi tanaman terlihat sehat, mungkin karena 100% dari kotoran ikan.


Sekitar hari ke-26







Jika dilihat dari samping.


Jika kami amati, tidak terlihat hama yang sembunyi dibalik daun, tanaman terlihat mulus, semoga setelah panen pertama, cabang semakin banyak sehingga semakin rimbun..




Akhirnya setelah umur kurang lebih satu bulan, tanggal 29 Februari kami panen, karena masih muda ketika dimakan rasanya memang jauh lebih enak dibandingkan setelah pemotongan atau setelah panen ke-2 dan seterusnya. Kangkung memang tidak rimbun, karena penanaman hanya 1-2 biji tiap netpot tapi itu cukup buat kami.

28 Maret 2017

Setelah pemangkasan/panen pertama, pertumbuhan kangkung semakin bagus, hal itu kemungkinan besar karena perakarannya yang semakin banyak dan luas.

 
Satu sisi panen, sisi lain tumbuh..

Trimakasih.

Wednesday 8 February 2017

'Bank' Sampah Daun




Sejak awal, kami ingin memiliki hunian yang menyatu dengan alam, sehingga pemandangan hijau menyegarkan, udara yang bersih dan sejuk, bisa kami dapat dan rasakan dari dalam rumah kami. Untuk itulah kami banyak menanam pepohonan, baik buah, bunga dan sayuran. Kami ingin rumah kami sejuk karena tanaman yang kami tanam bukan karena mesin ac (air conditioner), kami ingin rumah kami segar bukan karena parfum atau wewangian buatan, namun kesegaran alami dari tanaman yang kami tanam, kami ingin udara di lingkungan kami bersih bukan karena mesin pembersih udara, tapi karena tanaman yang kami tanam. Dan semua itu sekarang sudah dan terus kami wujudkan meskipun jauh dari sempurna, setidaknya kami berusaha menciptakan hunian yang menyatu dengan alam yang penuh pepohonan.
Meskipun pekarangan kami tidak terlalu luas, namun banyaknya pepohonan, menyisakan sampah daun yang begitu banyak. Mungkin bagi sebagian orang, dengan menanam banyak pepohonan akan menyusahkan, karena kita harus membersihkan setiap hari, belum ketika sudah rimbun, kita harus melakukan pemangkasan. Memang benar anggapan itu, namun jika kita mau menggali lebih dalam lagi, tentu manfaat yang didapat dengan banyak menanam pohon akan jauh lebih banyak bahkan tak ternilai manfaatnya.
Sampah daun memang menjadi kendala, tapi jika dimanfaatkan kembali tentu akan menjadi berkah bagi kita atau alam lingkungan sekitar kita. Dulu kami telah membuat 'Lubang kehidupan' untuk tempat kami menampung sampah daun di titik titik tertentu sekaligus sebagai resapan air, namun rupanya lubang tersebut tak mampu menampung banyaknya daun yang setiap hari berjatuhan, sehingga kami membutuhkan tempat yang lebih besar lagi.


 
Daun menumpuk setelah pemangkasan.

Ketika 'lubang kehidupan' sudah tak mampu menampung sampah daun kami, kami mengumpulkan daun di tempat tertentu yang langsung bersentuhan atau beralaskan tanah dan tempatnya sejuk, tidak kering, lama-lama daun yang bagian bawah akan membusuk, bahkan semakin lama banyak cacing berkumpul di tempat itu. Tidak hanya cacing, akar tanaman yang berada disekitarnya pun akan menjalar ke tumpukan daun yang telah membusuk dan menjadi tanah tersebut.
Berbekal pengalaman itulah kami mencoba membuat wadah yang lebih besar, supaya dapat menampung lebih banyak daun dan bisa kami manfaatkan sebagai pupuk. Wadah kami buat dari tong air yang sudah tidak terpakai dan kami membuatnya secara sederhana saja berdasar  pada apa yang kami amati di lingkungan kami.

Cara membuat...
1. Membuat lubang di seluruh badan tong, supaya ada banyak oksigen bisa masuk, bagian bawah juga harus diberi lubang, semakin banyak semakin bagus, bahkan alasnya dipotong juga ndak papa, supaya bisa bersentuhan langsung dengan tanah.

 
Melubangi tong.

 2. Dibuatkan pintu dibagian bawah yang bertujuan untuk mengambil daun yang sudah menjadi pupuk, karena lapisan bawah adalah lapisan yang paling duluan masuk sehingga paling cepat menjadi pupuk.



Dibuatkan pintu.


3. Tempatkan di tempat yang teduh, dibawah pohon akan lebih baik, supaya sampah yang ada di dalam tidak kering, selain itu cacing dan bakteri pengurai akan senang he.. Jnagn diberi alas, biarkan bersentuhan dengan tanah langsung, terbenam tentu baik kalo wadahnya tidak besar.



Tempatkan ditempat yang teduh.


4. Masukkan sampah daun, jika mau, dipotong kecil-kecil supaya proses pembusukan lebih cepat, kalo bisa kayu jangan dimasukkan karena prosesnya lama, lebih baik untuk kayu bakar he...





 5. Karena kami membiarkan berproses secara alami, maka prosesnya agak lama dalam hitungan bulan mungkin sekitar 6 bulan. Jika dilubang samping sudah ada banyak kotoran cacing yang keluar, itu pertanda bagian bawah sudah ada daun yang menjadi tanah, coba dicek dengan membuka pintu yang sudah kita buat.


Bagian bawah sudah menjadi pupuk, kotoran cacing terlihat .




Tanah yang sudah menjadi pupuk bisa kita gunakan langsung untuk menanam, kalo kami biasa kami gunakan untuk menanam sayuran di pot.


Ini salah satu contohnya.

Demikian sedikit pengalaman kami dalam mengelola sampah daun di pekarangan kami. Trimakasih

Salam Hijau

Wana Wana