Saturday 5 November 2016

Update_Akuaponik Wana Wana

Tidak dipungkiri, musim kemarau yang seharusnya banyak sinar justru terjadi sebaliknya, bahkan hampir setiap hari hujan lebat terjadi, dan bulan oktober yang seharusnya baru mulai masuk musim hujan, justru sudah banyak terjadi banjir dan tanah longsor dimana-mana. 
Bagi kami yang hobinya berkebun tentu sangat terpengaruh, karena aktivitas menjadi terbatas, lebih dari itu, tanaman yang ditanam akan mudah terserang hama dan penyakit. Tapi itulah alam, yang penting kita berusaha menjaga baik-baik lingkungan kita dengan banyak menanam. 
Aktivitas kami benar-benar terbatas untuk merawat tanaman, sepulang kerja yang biasanya langsung ke kebun sekarang benar-benar harus terdiam di dalam rumah, namun kami masih beruntung, bisa menikmati panen walau tak banyak alias terbatas he...  

Akuaponik kolam ibc...

Tanaman seledri masih mendominasi untuk akuaponik kolam ibc, saking banyaknya, kami bagikan ke teman kantor dan tetangga, sekalian menularkan virus menanam he... Beberapa tanaman terkena entah jamur atau apa yang menyebabkan busuk batang dan akar, beruntung tidak semua sehingga masih tersisa dan cukup bahkan lebih untuk kami nikmati.


Seledri akuaponik kolam ibc.

Selain seledri kami menanam juga kobucha, walau sepertinya akan gagal, karena lokasi growbed ibc yang satu ini benar-benar sangat minim sinar akibat tembok 2 lantai milik tetangga di bagian timur dan pohon jeruk pecel yang tumbuh tinggi. Tanaman kobucha sudah berbuah walau kecil, namun sepertinya tidak akan pernah besar dan rencana akan kami ganti dengan tanaman pare. Kami menanam kobucha juga karena kebetulan saja, waktu itu kami beli dan biji kami buang di pot, ternyata tumbuh dan kami pindah di akuaponik ibc.

Tanaman kobucha, yang daunnya terserang seperti jamur.

Untuk ikan semua dalam kondisi sehat, seperti biasa kami mengambil disaat ingin menyantapnya. Dan sekarang, ada yang beranak di tong pengendapan, sengaja kami biarkan, karena biasanya setelah agak besar akan masuk ke kolam utama dengan sendirinya tanpa kami harus memindah. 
Sudah hampir 8 bulan sejak pembongkaran untuk penggantian media tanam, kolam tidak pernah kami kuras sedikitpun dan semua baik adanya, itulah salah satu kelebihan akuaponik dengan menggunakan filter he...


Akuaponik kolam fiber...

Akuaponik kolam fiber atau sekarang kami sebut akuaponik +( karena ada bagian bak yang menggunakan tanah) saat ini sedang tidak banyak tanaman. Belum lama kami memindahkan sawi dari semaian ke pralon yang menggunakan sistem dft namun semua habis dimakan tikus, yah.. sedikit agak kecewa he...  
Untuk bak yang menggunakan tanah, kami menambahkan media arang sekam di bagian atas, tapi sayang karena terlalu tebal, lapisan atas justru benar-benar kering, pernah mencoba menanam bawang merah justru kering karena sama sekali tak tersentuh air. Untuk sementara kami gunakan dulu untuk menanam ubi dan berharap bisa memanennya he... 


Bak penanaman masih kosong hanya beberapa
ketela dan seledri yang tumbuh sangat subur.

Selain bak tanah, akuaponik kolam fiber juga memiliki growbed lama dan sekarang kami tanami bayam, sedikit kangkung dan daun mint. 


Growbed lama yang masih berfungsi baik.

Dan untuk growbed talang, sekarang kami manfaatkan untuk tanaman azola dan duckweed, karena bagaimanapun mereka tetap penting, apalagi saat kehabisan pelet he...


Azola dan duckweed
Memang secara alami sebuah sistem secara perlahan akan melakukan penyeimbangan diri, dan jika dari pengamatan kami, kolam fiber sekarang benar-benar jernih dan ikan terlihat sangat sehat.


Akuaponik kolam koi...

Tanaman tomat chery yang kami banggakan sudah sirna, dan semantara growbed kami diamkan. Untuk growbed yang lain, sebenarnya ada beberapa tanaman, seperti cabe dan tomat yang baru tumbuh, tapi karena perkembangan ubi jalar yang tak terkendali, akhirnya mereka 'kalah'. Sengaja kami menanam ubi jalar, karena kami telah merasakan enaknya rasa dari daun ubi tersebut dalam bentuk masakan. Jadi tujuan utama kami menanam ubi tersebut untuk kami ambil daunnya, namun jika bisa keluar umbinya ya kami akan sangat senang he...


Perkembangan ubi jalar yang tak terkendali.

Kebetulan kami pernah melihat foto para pekebun entah di negara Thailand atau mana, yang menanam ubi jalar secara unik. Pohon utama di tanam di bawah entah secara hidroponik atau dengan media tanah, kemudian tanaman tersebut menjalar ke atas seperti tanaman anggur. dari analisa atau pengamatan kami terhadap foto tersebut (semoga tidak salah), supaya keluar umbi, mereka menggantungkan ember berisi tanah dan membiarkan tanaman tersebut menjalar ke ember tersebut sehingga akar yang masuk ke ember berisi tanah tersebut akan menghasilkan umbi. 
Kami pun mencoba, yang pertama dengan menjalarkan ke ember yang kami isi dengan pasir malang dan yang kedua menjalarkan ke wadah yang berisi tanah. Dan memang dari akarnya terlihat mulai membesar, tapi entah akan menjadi umbi atau enggak, kami juga masih penasaran, kita tunggu ya he...

Bagimana dengan kolamnya... ikan masih sehat dan kolam dalam keadaan bening walau hampir setiap hari diisi air hujan sampai air kolam luber he... 


Air yang selalu jernih.


Salam Akuaponik dan Salam Hijau...

Wana Wana

12 comments:

  1. Siang mas nanang.
    Saya ajat, sekarang lagi coba belajar aquaponik, tapi banyak masalah yg sekarang saya hadapi, tapi mau tanya 2 hal dulu deh...
    1. Ikan (patin,nila) dikolam pada mati entah kenapa...
    2. Banyak jentik nyamuk didalam dua ember fiter air.

    Mohon bantuannya bagaimana cara mengatasi 2 hal itu..
    Terima kasih buat bantuannya..

    Ajat
    Jakarta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat siang Mas Ajat.
      1. Untuk menelusuri penyebab kematian mungkin kita harus melihat beberpa hal, sperti umur sistem dan bibit ikannya, kemudian apakah volume filter sebanding dengan volume kolam demikian juga pompa yang kita gunakan, dalam setiap sistem yang saya bangun saya menerapkan volume filter (endapan & biologis)sekitar 20-30% dari volume kolam, dan kapasitas pompa sesuai ukuran volume kolam, misal volume kolam 1000L maka saya gunakan pompa minimal 1000L/H, dua faktor tersebut sangat berperan pada kesehatan ikan yang saya pelihara, apalagi dengan menerapkan akuaponik hasilnya akan lebih bagus. nah mungkin Mas Ajat bisa menelusuri terlebih dahulu sistem tersebut. Tak kalah penting, perhatikan juga air masuk dan air keluar kolam, pastikan keduanya saling bersebrangan hal itu penting supaya kotoran tidak menumpuk di titik tertentu yang bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit.
      2. Kalo saya mengatasinya dengan memelihara ikan wader, atau anakan ikan nila, jadi cenderung berkurang, tapi dipastikan juga itu nyamuk atau boodworm karena kemungkinan besar bloodworm, mungkin artikel ini http://o-fish.com/PakanIkan/bloodworm.php bisa membantu.

      Coba dicek dulu sistemnya Mas..
      Trimakasih.

      Delete
    2. Dear mas nanamg terima kasih untuk jawabannya...

      1.a. Saat ini saya baru mencoba jadi menggunakan box plastik sedang yang saya punya untuk kolamnya
      1.b. pompa air saya lupa typenya tapi dengan vmax 2mtr kalo ga salah hehehe...
      1.c. umur system saya pakai setelah proses aerasi lebih dari 2minggu.
      1.d. untuk filter saya pakai ember bekas cat dengan kondisi kosong (tanpa material filter) dan air langsung ke growbed yg diisi dengan batu split. Hanya saja air masuk dan keluar berdekatan sama seperti air keluar dan masuk pada kolam ikan.

      Untuk no.2.
      Sesuai dengan yang saya lihat kemarin, tapi karena saya khawatir itu berbahaya makanya saya buang dan filter saya bersihkan.

      Terima kasih
      Ajat

      Delete
    3. Sama sama Mas Ajat
      Mungkin perlu diperhatikan juga jumlah ikan terhadap volume kolam, jika tidak seimbang/terlalu banyak juga kurang bagus karena akan banyak kotoran, jika sistem kurang baik dari segi pengairan, filter dll. akan sangat mempengaruhi kesehatan ikan.
      Di pompa ada tulisan Qmax/debit Mas, bisa dilihat, kalo debit terlalu kuat yang terjadi hanya seperti memutar air saja sehingga pengendapan dan proses nitrifikasi di filter biologis atau di growbed tidak terjadi maksimal karena proses nitrifikasi membutuhkan waktu jadi seolah-olah air hanya lewat saja.
      Untuk filter pengendapan memang kosong tapi harus diperhatikan kotoran bisa mengendap, kalo tidak hanya akan terjadi penumpukan kotoran di growbed, dan bisa jadi akan kembali ke kolam lagi.
      Perlu diperhatikan dan diamati pelan-pelan Mas, nanti pasti kita akan banyak belajar.

      Trimakasih Mas Ajat.

      Delete
  2. Malam mas nanang.
    Saya aziz dari bogor. Saya baru mulai belajar aquaponik dengan menerapakannya di kolam terpal. Selama ini postingan mas sudah banyak membantu saya dalam menerapkan aquaponik, kalo boleh saya boleh minta kontak wa mas? Jadi sewaktu saya ada kendala atau pun bingung saya bisa langsung tanya ke mas nanang yang sudah berpengalam . ini email saya mas azizhusein01@gmail.com
    Untuk selebihnya terima kasih salam hijau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih Mas Aziz...
      Senang bisa bermanfaat Mas, saya juga masih terus belajar kok Mas...
      Ok Mas nanti saya kirim ke email mas Aziz..

      Trimakasih.

      Delete
  3. hallo mas .. salam dari papua.. mau nanya... seledri punya mas koq subur bgt ya... gmn caranya ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo juga Mas Husein.. apa kabar Papua yang cantik alamnya....
      Sebenarnya cara penanamannya sama dengan yang lain menggunakan sistem pasang surut, sistemnya sama dari sebelumnya mas nggak ada rahasia sama sekali.
      Coba saya kasih data ya.. Itu sistem sudah lama sekitar 2 tahun, filter ada 2 yaitu pengendapan dan biologis dengan genteng, nah pengendapan jangan sering dikuras karena akan mempengaruhi kestabilan tanaman, kalo pengendapan sudah terlalu banyak kurangi saja tapi jangan sampai habis, waktu proses pasang dalam growbed sekitar 10-15 menit, di dalam growbed saya kasih cacing tanah supaya kotoran yang terbawa bisa dimakan cacing..
      nah itu mungkin yang saya bagikan, semua yang saya utarakan tidak ada rahasia, dan saya tidak memberikan tambahan bahan2 dari luar termasuk pupuk2 kimia jadi sepenuhnya mengandalkan kotoran ikan.

      Trimakasih Mas Husein

      Delete
  4. jumpa lagi mas nanang...
    azola dan duckweed bibitnya dapat/beli dari mana? (kulo wonten jogja)...
    suwun...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas Doddy
      Dulu saya dapat dari selokan di dinas perikanan di cangkringan... Kebetulan tempat saya baru tak bongkar yang biasa buat nanem azola sama duckweed jadi masih sedikit, Kalo mau, datang aja ke rumah mas, nanti tak kasih, perkembangannya cepet banget, paling sebulan lagi sudah banyak kemarin mulai tak tanam lagi.

      Delete
  5. woalah disitu to, nggih mas, saya ta coba cari di sekitar kota dulu mas, nanti kalau kesusahan tak kontek panjenengan...
    mas saya baca artikel mas ttg media tanam, hanya menggunakan arang dan pecahan genting,saya coba buat growbed dgn media yg sama (paling atas pke kerikil utk ngecor) tapi kok cabai saya jadi pucat daunnya, sekarang saya kasih humus (pupuk organik) dan perlahan dari pangkal daunnya menghijau, apakah sebetulnya tindakan saya ini dibenarkan, secara aturan nutrisi seharusnya dari kotoran ikan.... hehehe (saya merasa berdosa wkwk)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ok Mas...
      Apa yang saya tulis di blog merupakan pengalaman yang terus berkembang. Kalo menurut saya tak ada yang salah dengan pemberian humus, yang penting gunakan yang alami. Sebenarnya tanpa kita kasih humus, kita bisa memasukkan cacing tanah, jadi nanti kotoran yang terbawa akan dimakan cacing, nah kotoran cacing itu bisa menjadi pelengkap nutrisi bagi tanaman, bisa dikatakan peran cacing mirip bakteri.
      Jika mas Doddy ingin belajar lebih, saran saya coba jangan dulu dikasih humus, biarkan dulu apa adanya, kita bisa amati/pelajari banyak hal mulai dari pengaruh umur sistem terhadap tanaman, cara menanamnya, efek pengurasan filter, dll, di akuaponik menurut saya memang kompleks, dengan kita banyak mengamati dan mencoba akhirnya kita akan punya banyak pengalaman, gagal itu bagian dari proses yang harus dinikmati he...

      Mengenai media tanam pada dasarnya apa saja bisa, hanya saja kalo bisa ukuran media jangan terlalu besar, kalo saya sekarang paling tidak ukurannya 1 cm, jadi dengan begitu bakteri yang tinggal juga semakin banyak.

      Demikian Mas...

      Delete