Thursday 21 November 2013

Organik Di Pekarangan Rumah

Saat ini, rasanya sudah sangat susah mencari bahan pangan yang benar-benar bebas dari bahan kimia. Sayuran dan makanan ringan yang banyak kita jumpai di pasar atau di toko-toko hampir semua sudah terkontaminasi bahan kimia. Bukan hanya sayuran, ternakpun tak luput dari bahan-bahan kimia, sungguh memprihatinkan... Mungkin, pemikiran orang saat ini karena lebih mengutamakan keuntungan materi semata tanpa melihat lebih jauh dampak yang akan diakibatkan nanti untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. 
Berawal dari keprihatinan itulah, saya memulainya dari keluarga saya sendiri untuk sebisa mungkin menghindari bahan pangan yang mengandung banyak bahan kimia, terutama menu harian. Mungkin tidak bisa 100%, tapi berusaha untuk memulai sedikit demi sedikit tentu sudah lebih baik. Menanam secara organik adalah salah satu cara yang saat ini saya lakukan bersama istri tercinta. Sejak sekitar 2 tahun yang lalu setelah pernikahan, kami mencoba membudidayakan pekarangan yang kami miliki, memang tidak terlalu besar tapi dengan niat dan kreativitas, kami yakin bisa melakukannya. 
Hingga saat ini, kami telah bisa mengkonsumsi sayuran dari pekarangan kecil kami sendiri, seperti sawi, bayam, seledri, cabe, tomat, loncang, daun pepaya, slada, markisa jumbo, pare, gambas, dll. Yang kami lakukan adalah mencoba menanam dengan berbagai jenis sayuran, tidak harus banyak, yang penting ada. Di sisi lain, menu yang kami santap tiap hari menyesuaikan apa yang kami miliki di pekarangan kami, dan itu menambah rasa syukur dari apa yang ada pada keluarga kami. 
Di blog ini, saya ingin berbagi dalam bentuk foto dari masa ke masa sejak 2 tahun lalu hingga saat ini dalam upaya keluarga kami untuk menyediakan bahan pangan organik dari pekarangan kami sendiri. 

Awal, saat kami memulai...

Tidak mudah bagi kami untuk memulainya, rumah yang kami tempati awalnya banyak dipenuhi cor dari semen, dan hanya sedikit ruang untuk menanan. Akhirnya, perlahan-lahan dibantu dengan teman-teman saya, kami mulai membongkar cor yang ada di sekitar pekarangan kami.

Saat kami memulai, ada kangkung, sawi, loncang.

Mungkin tidak seberapa hasil yang kami dapatkan, tapi bagi keluarga kami, ini adalah sesuatu yang amat berharga. Apa yang kami santap setiap hari setidaknya menjadikan kami lebih sehat untuk saat ini dan nanti.

Saat istri mulai memanen hasil kebun sendiri.

Awalnya kami tidak percaya, bahwa apa yang kami tanam ternyata tumbuh dengan baik. Bayam yang kami tanam ini adalah jenis bayam jawa. Induk dari bayam ini saya peroleh juga dari pekarangan kami yang tumbuh liar. Kami biarkan bayam yang tumbuh liar ini sampai berbunga dan biji yang dihasilkan kami  semai lagi.

Bayam yang tumbuh subur.

Cabe..., salah satu bagian dari bumbu masak yang tak bisa ditinggalkan dan harus selalu ada. Mungkin setiap keluarga seharusnya menanam cabe. Cabe yang kami tanam ini jenis cabe rawit, jadi bisa berumur panjang hampir satu tahun lebih dan buahnya banyak. 

Cabe yang akan bertahan lama untuk keluarga kami.

Karena lahan yang kami miliki terbatas, kami berusaha mencari cara supaya bisa menanam sehingga semakin lengkap koleksi sayuran kami. Kebetulan banyak botol bekas minuman yang sudah tidak terpakai, kamipun memanfaatkan untuk menanam seledri, dan kami tempatkan di lokasi yang banyak terkena sinar matahari. Tumbuhan juga perlu juga memasak... he...

Karena lahan yang kurang, saya memanfaatkan botol bekas.

No comments:

Post a Comment