Thursday 16 January 2014

Bukan "Habitatnya"

Rasanya senang sekali memiliki berbagai variasi tanaman sayuran di pekarangan rumah.  Semakin banyak jenis tanaman, variasi makanan yang disantap setiap hari tentu lebih bervariasi, selain itu, memang sangat menyenangkan ketika akan membuat sayur, atau sambal, tinggal melangkah keluar memetik apa yang dibutuhkan. Untuk beragam sayuran seperti, bayam, caisin, slada, cabe, sledri, loncang, tomat, kuchai, kemangi keluarga kami sudah bisa memetik sendiri di pekarangan. Tapi, masih ada yang kurang seperti bawang merah, bawang putih, dll. Memang di daerah kami yang memiliki ketinggian sekitar 500 DPL, sayuran tertentu sulit ditanam. Bawang putih dan brokoli contohnya, kedua tanaman ini lebih cocok ditanam di daerah yang dingin atau sejuk. 

Bebarapa sayuran yang kami tanam.
Suatu hari, ketika saya dan istri berangkat ke pasar, kami melihat satu petak sawah penuh tanaman brokoli, kami heran dan bertanya-tanya, apakah bisa berhasil ?. Lain waktu, saat kami mengunjungi makam anak kami, kami melewati tempat yang sama, kebetulan ada seorang bapak, waktu yang pas, kami turun dan menghampirinya. Kami mencoba bertanya, apakah brokoli cocok ditanam di sini, sang Bapak menjawab, bahwa beliau baru mencoba. Tapi meskipun mencoba, kata sang Bapak tidak boleh asal. Waktu penanaman yang tepat adalah saat musim kemarau disaat hawa sangat dingin di malam hari, sekitar bulan Agustus. Dan waktu itu memang beberapa tanaman sudah mulai berbunga, meskipun masih kecil. 
Ilmu yang kami dapatkan sangat bermanfaat, tapi sayang saat ingin mencoba menanam, kami terkendala harga benih yang sangat mahal. Harga waktu itu sekitar bulan Agustus 2013, di atas Rp. 100,000,-, kami pun mengurungkan niat kami.

Karena beberapa bibit sayuran sudah habis, maka pada bulan November 2013, sepulang dari kerja langsung mampir ke toko pertanian. Bebarapa benih saya beli, seperti caisin, terong ungu, slada. Karena penasaran saat itu juga saya mencoba menanyakan berapa harga benih biji brokoli, ternyata.. oh.. ternyata..., harganya sudah turun jauh yaitu sekitar Rp. 60.000,-meskipun menurut kami masih mahal. Karena ingin mencoba, saya akhirnya membeli benih brokoli.

Brokoli...
Sekitar akhir bulan November biji kami semai, meskipun bukan bulan yang tepat, sesuai petunjuk dari sang Bapak. beberapa hari kemuadian terlihat benih yang mulai tumbuh, tapi sayang kami baru sadar biji yang kami semai terlalu banyak. Seperti halnya caisin, setelah benih memiliki 3 sampai 4 helai daun, benih kami pindah ke pot yang sudah kami siapkan. Karena dalam proses mencoba, kami sengaja menempatkan pot di beberapa lokasi yang berbeda. Selain itu, karena media tanam akuaponik edisi ke-2 ada yang masih menganggur, kami coba tanami brokoli juga.

Benih brokoli berumur sekitar 1 minggu.

Pemindahan benih ke pot.
Karena musim hujan, penyiraman kami lakukan 2 hari sekali, menggunakan air kolam. Selain penyiraman, kami juga melakukan pengecekkan untuk menghindari serangan hama terutama ulat dan belalang.

Brokoli yang berumur sekitar 1 bulan.
  
Brokoli di akuaponik.
Tanaman brokoli terlihat subur, rasa penasaran benar-benar mengganggu, hampir setiap hari kami mencoba mengamati apakah ada tanda-tanda bunga brokoli akan muncul. Sampai umur 1,5 bulan belum ada tanda-tanda, tapi kami tetap sabar. Sampai sekarang masih dalam proses, jadi akan kami update perkembangannya.....

Bawang putih.... 
Tidak jauh berbeda dengan brokoli, bawang putih juga memerlukan kondisi khusus untuk bisa tumbuh sampai menghasilkan umbi. Keluarga kami memang mempunyai keinginan tinggi untuk mencoba menanam bawang putih, maklum bawang putih merupakan komponen yang sangat penting dalam memasak. Dari informasi yang kami baca di internet, memang ada jenis bawang putih tertentu yang bisa tumbuh di tempat yang suhunya tidak terlalu sejuk, tapi entahlah, yang mana itu ??. 
Karena hanya ingin mencoba, dan kebetulan ada bebarapa pot yang sedang mengalami masa "reses", lansung saja saya ambil dua umbi dari dapur dan saya tanam di pot. Dan tak kami sangka, setelah beberapa hari ternyata tumbuh juga, akan tetapi baru ada satu. Dan yang satunya lagi, jujur saya lupa saya tanam di mana, tapi, bebarapa hari kemudian akhirnya menyusul juga, kami senang rasanya.

Bisa tumbuh sudah senang rasanya.
Jujur, saya tidak tau kapan pastinya saya "menancapkan" umbi bawang putih di pot, seandainya waktu itu saya dokumentasikan tentu saya bisa tahu berapa umurnya secara pasti.

Bawang putih yang pertamakali tumbuh.

Bawang putih  ke-2.
Merawat dan sambil menunggu itulah yang kami lakukan, dan keberhasilannya pun kami belum tahu, masih tanda tanya besar.

Brokoli 27 Januari 2014
28 Januari 2014


Kemarin, 27 Januari 2014 perkembangan brokoli kami abadikan lewat foto, terutama yang di samping pendopo. Sepertinya tidak ada tanda-tanda akan berbunga, meskipun tanaman brokoli terlihat besar dan sehat. Beberapa tanaman brokoli sempat kami masak, maklum daunnya juga enak he... Istri bahkan menyarankan untuk diambil daunnya saja mumpung belum tua, tapi rasanya kita akan menunggu sampai nanti menua. 
Untuk bawang putih juga masih dalam pertumbuhan, kami akan menunggu sampai daun mulai menguning dan mengering.

6 Februari 2014

Rupanya pertumbuhan brokoli luar biasa, semakin subur, tapi tetap saja belum ada tanda-tanda akan berbunga. Untuk bawang putih secara fisik masih sama, tetap menunggu dan menungu.


Penantian tanpa kepastian he...
24 Februari 2014

Sampai hari ini, brokoli tidak menunjukkan tanda-tanda akan berbunga, mungkin memang bukan habitatnya mengapa brokoli tidak juga berbunga. Dan alangkah baiknya kami memanfaatkan daunnya untuk memasak sayuran, karena daun brokoli memiliki rasa yang enak untuk dibuat sayur. 


Semakin menua, tapi bagi kami kalian tetap berguna.


Maaf.. penantian bunga brokoli harus kami akhiri, tidak berbunga bukanlah sebuah kerugian, tapi pengalaman berharga telah kami miliki. Masih ada kesempatan mencoba diwaktu yang tepat saat musim dingin tiba.

Untuk tanaman bawang putih kami masih menunggu sampai daun mulai menua, karena kami juga penasaran akan umbinya.


Perkembangan bawang putih, sudah mulai menua,
maaf kena dampak abu G. Kelud.

31 Maret 2014

Dan akhirnya bawang putih harus diakhiri, sebenarnya usianya masih kurang, tapi tempat sudah tidak ada lagi. Setelah kami cabut, umbi tidak terlihat sama sekali. Entah kapan, kita harus mencoba lagi.



Beginilah penampakan akhir bawang putih.


8 April 2014

Secara tidak sengaja kami mendapati, ada salah satu brokoli yang tersisa ternyata berbunga.. Wow.. bagi kami luar biasa, ternyata brokoli bisa berbunga, meskipun masih kecil. Hal tersebut tentu membuat pikiran kami berubah, nanti kami akan menanam lagi.


Ternyata berbunga juga... wooww !!




Terimakasih... 

6 comments:

  1. Wahh..suka banget lihat ada kebun mini git di pekarangna >.< kepingin juga mas.. tapi waaa.. malas banget mulainya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih... Untuk memulai memang sulit, tapi ketika sudah mencoba bisa ketagihan, semua ingin ditanam he.. he... ayo dimulai harus semangat....

      Delete
  2. Saya benar2 menikmati blog ini, terimakasih telah berbagi

    ReplyDelete
  3. Terimakasih atas infonya..karena sy mengalami hal yg sama penasaran dgn brokoli yg sy tanam yg tak kunjung berbunga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama sama Mbak, saya hanya berbagi dari apa yang saya alami saja, jadi tidak bisa dijadikan acuan sepenuhnya.. Yang penting terus menanam.

      Salam Hijau..

      Delete