Di saat cuaca cerah pada pagi hari, saya dan istri sering bersepeda. Rute yang kami lalui terkadang berubah-ubah, tapi semua rute melewati area persawahan. Sungguh sesuatu yang memang mengasyikkan bagi kami, selain menyehatkan, suguhan pemandangan yang indah dan menyejukkan benar-benar membuat kami merasa fresh.
Waktu itu, pemandangan kami tertuju pada sesuatu yang benar-benar berbeda. Sejauh mata memandang tanaman padi cukup mendominasi, tapi, yang satu ini menarik. Lahan memanjang dan tidak terlalu luas dipenuhi atap plastik dangan bentuk yang menyerupai rumah. Kami mencoba mendekat, karena kami penasaran, aktivitas apa yang ada di lahan tersebut. Ternyata, lahan tersebut penuh dengan berbagai macam sayuran, ada slada, cabe, sawi, loncang, buncis. Waktu itu kami mencoba mencari siapa pemilik kebun tersebut, tapi sayang tidak tak seorangpun di tempat tersebut.
Atap yang tersusun rapi dan menarik. |
Karena rasa ingin tahu yang besar, beberapa hari kemudian, saya sengaja mendatangi lagi tempat tersebut. Waktu yang tepat, ada seseorang di lahan itu, badannya kecil, memakai topi bulat, kaos lengan panjang, bersepatu bot dan sedang meyiram tanaman dengan memakai gembor. Langsung saya dekati dan saya coba bertanya, siapa pemilik lahan tersebut, tentu dengan nada yang halus he... Dengan wajah yang penuh senyum dan sedikit tertawa kecil, si bapak menjawab bahwa dia pemiliknya. Kamipun berkenalan, tapi, karena suaranya yang samar-samar menyebutkan namanya, saya agak ragu apakah namanya benar-benar Pak Mail he.. Sambil mengikuti ke mana arah Pak Mail menyiram tanamannya, dari mulut saya, banyak pertanyaan yang terlontar dan Pak Mail dengan senyumnya yang khas berusaha menjawab pertanyaan saya ( kayak wartawan aja ya... he...).
Perjuangan Pak Mail...
Pak Mail menanam sayuran organik, banyak pelanggan yang datang secara langsung mengambil hasil panennya. Apa yang telah dilakukannya hingga saat ini berhasil, ternyata tidak mudah. Dulu, sebelum menggarap lahannya, Pak Mail bekerja di sebuah perusahaan, tapi akhirnya memilih keluar dan menggarap lahan yang diwariskan oleh kedua orang tuanya, luas lahan Pak Mail sekitar 800 m2. Yang membuat saya terkesima adalah keteguhannya untuk menanam sayuran organik dan perjuangannya dalam menawarkan hasil panennya. Tidak mudah meyakinkan kepada orang atau perusahan bahwa sayuran yang dihasilkannya benar-benar organik. Selain itu, harga sayuran organik lebih mahal dari sayuran non-organik, membuat usaha untuk menjual hasil panennya semakin terasa berat. Pak Mail bergerilnya dari toko-toko penjual sayuran hingga restoran-restoran ternama untuk menawarkan hasil panennya, sesuatu yang saya sendiri belum mampu melakukannya.
Ya... kesuksesan Pak Mail dan lahan organiknya membuat Pak mail sering diundang menjadi pembicara dalam acara-acara yang bertemakan pertanian organik. Tidak hanya itu, lahan yang indah yang dikelolanya sering dikunjungi oleh orang yang ingin sekedar melihat atau belajar seperti saya he... Keterbukaan dan keiklasan untuk berbagi dari diri Pak Mail membuat saya dan mungkin orang lain terasa betah berlama-lama di lahan Pak mail.
Pak Mail mengolah lahannya...
Dalam melakukan perawatan khususnya penyiraman, Pak mail tidak mengandalkan air selokan yang ada disamping lahannya, karena Pak Mail menyadari, air selokan tersebut sudah tercemar oleh bahan bahan kimia yang digunakan oleh petani lain seperti pupuk dan pestisida untuk pembasmi hama. Pak Mail membuat sumur sendiri di lahannya, sehingga air untuk penyiraman benar-benar bebas bahan-bahan kimia. Selain itu, karena lahannya bersebelahan dengan lahan milik orang lain, maka di setiap sisi lahannya dibuat tanggul dan selokan untuk mengalirkan air resapan dari lahan tetangga yang tercemar.
Dalam pemupukan, Pak Mail mengandalkan pupuk kandang, dan pupuk cair buatan sendiri. Untuk pupuk kandang, Pak Mail sudah memiliki langganan dari seseorang yang yang memproduksi kompos dari ternak sapi yang dikelola secara kelompok. Dan sekarang pun saya juga ikut-ikutan jadi pelanggan kompos di tempat tersebut
Dalam mengatasi hama, Pak Mail mengandalkan ramuan alami yang dibuat sendiri, saya juga pernah diberitahu tapi lupa, karena memang banyak bahan yang digunakan terutama dedaunan dan saya waktu itu belum begitu banyak mengenal.
Untuk setiap bedeng, Pak Mail tidak menanam dengan tanaman yang sama secara terus menerus karena menurutnya itu tidak baik. Jika saat ini bedeng A ditanamani sawi, maka setelah panen, tanaman selanjutnya akan berbeda, bisa loncang atau yang lain. Saya pernah membaca sebuah berita. Di suatu daerah yang banyak menanam tanaman sejenis pada lahan yang sama, akhirnya lama kelamaan selain produksi semakin menurun, banyak ditemui hama dan penyakit. Ya.. mungkin itu alasan Pak Mail.
Di lain waktu, di sore hari yang cerah, saya sengaja mampir di lahan Pak Mail, jujur, rasanya senang melihat sayuran di lahan Pak Mail. Saat kami sedang berbincang, istri dan anak Pak Mail datang, ternyata.. saat sore hari, istri dan anak Pak Mail sering ikut membantu. Sungguh suasana yang begitu indah di sebuah persawahan. Kami pun saling berbincang ke sana kemari dalam suasana yang begitu menyenangkan, ya... karena kami semua mencintai pertanian, lahan pertanian seolah-olah adalah rumah kedua bagi kami.
Sebuah pengalaman dan pelajaran berharga bagi saya dan keluarga, keberadaan Pak Mail memotivasi keluarga kami dalam menanam sayuran organik di pekarangan rumah. Doakan ya.... semoga kelak kami bisa seperti Pak Mail dan sayuran organiknya... amin....
Pak Mail menanam sayuran organik, banyak pelanggan yang datang secara langsung mengambil hasil panennya. Apa yang telah dilakukannya hingga saat ini berhasil, ternyata tidak mudah. Dulu, sebelum menggarap lahannya, Pak Mail bekerja di sebuah perusahaan, tapi akhirnya memilih keluar dan menggarap lahan yang diwariskan oleh kedua orang tuanya, luas lahan Pak Mail sekitar 800 m2. Yang membuat saya terkesima adalah keteguhannya untuk menanam sayuran organik dan perjuangannya dalam menawarkan hasil panennya. Tidak mudah meyakinkan kepada orang atau perusahan bahwa sayuran yang dihasilkannya benar-benar organik. Selain itu, harga sayuran organik lebih mahal dari sayuran non-organik, membuat usaha untuk menjual hasil panennya semakin terasa berat. Pak Mail bergerilnya dari toko-toko penjual sayuran hingga restoran-restoran ternama untuk menawarkan hasil panennya, sesuatu yang saya sendiri belum mampu melakukannya.
Ya... kesuksesan Pak Mail dan lahan organiknya membuat Pak mail sering diundang menjadi pembicara dalam acara-acara yang bertemakan pertanian organik. Tidak hanya itu, lahan yang indah yang dikelolanya sering dikunjungi oleh orang yang ingin sekedar melihat atau belajar seperti saya he... Keterbukaan dan keiklasan untuk berbagi dari diri Pak Mail membuat saya dan mungkin orang lain terasa betah berlama-lama di lahan Pak mail.
Tanam dan panen secara bergilir. |
Pak Mail mengolah lahannya...
Dalam melakukan perawatan khususnya penyiraman, Pak mail tidak mengandalkan air selokan yang ada disamping lahannya, karena Pak Mail menyadari, air selokan tersebut sudah tercemar oleh bahan bahan kimia yang digunakan oleh petani lain seperti pupuk dan pestisida untuk pembasmi hama. Pak Mail membuat sumur sendiri di lahannya, sehingga air untuk penyiraman benar-benar bebas bahan-bahan kimia. Selain itu, karena lahannya bersebelahan dengan lahan milik orang lain, maka di setiap sisi lahannya dibuat tanggul dan selokan untuk mengalirkan air resapan dari lahan tetangga yang tercemar.
Dalam pemupukan, Pak Mail mengandalkan pupuk kandang, dan pupuk cair buatan sendiri. Untuk pupuk kandang, Pak Mail sudah memiliki langganan dari seseorang yang yang memproduksi kompos dari ternak sapi yang dikelola secara kelompok. Dan sekarang pun saya juga ikut-ikutan jadi pelanggan kompos di tempat tersebut
Dalam mengatasi hama, Pak Mail mengandalkan ramuan alami yang dibuat sendiri, saya juga pernah diberitahu tapi lupa, karena memang banyak bahan yang digunakan terutama dedaunan dan saya waktu itu belum begitu banyak mengenal.
Untuk setiap bedeng, Pak Mail tidak menanam dengan tanaman yang sama secara terus menerus karena menurutnya itu tidak baik. Jika saat ini bedeng A ditanamani sawi, maka setelah panen, tanaman selanjutnya akan berbeda, bisa loncang atau yang lain. Saya pernah membaca sebuah berita. Di suatu daerah yang banyak menanam tanaman sejenis pada lahan yang sama, akhirnya lama kelamaan selain produksi semakin menurun, banyak ditemui hama dan penyakit. Ya.. mungkin itu alasan Pak Mail.
Pembibitan yang dilakukan Pak Mail. |
Lubang-lubang yang siap ditanami. |
Cabai yang tumbuh subur. |
Sebuah pengalaman dan pelajaran berharga bagi saya dan keluarga, keberadaan Pak Mail memotivasi keluarga kami dalam menanam sayuran organik di pekarangan rumah. Doakan ya.... semoga kelak kami bisa seperti Pak Mail dan sayuran organiknya... amin....
salam kenal mas,saya senang bisa dapat ilmu banyak dari blog mas soalnya sy baru belajar nanam sayur organik kecil2an di halaman rumah.kebetulan lg lokasi saya juga di jogja. baca2 artikel tentang pak mail ini jadi tertarik pgn berkunjung ke kebun organiknya juga. kalo boleh tau lokasi kebunnya pak mail ini dimana mas? mungkin aja saya bisa dapet ilmu dikit2 dr pak mail :D trmakasih sebelumnya
ReplyDeleteSalam kenal juga Mas...
DeleteTerimakasih sudah berkenan berkunjung ke blog kami.
Untuk lokasi tempat Pak Mail, sebenarnya tidak jauh dari tempat saya, hanya sekitar 1 km, tapi saya kurang hapal nama dusunnya, kalo tidak salah nama kampungnya Rejodani.
Tapi maaf kalo nanti sudah tidak ada sayuran, setiap kali saya lewat, sayuran sudah tidak nampak.. Tapi coba saja Mas siapa tahu ketemu dengan Beliau.
Trimakasih..