Wednesday 29 January 2014

Berkreasi di Pekarangan Sempit

Lahan yang sempit sebenarnya bukan alasan bagi kita untuk tidak berkreasi, justru sebaliknya, lahan sempit bisa menjadikan kita lebih kreatif. Kreativitas tentu akan muncul setelah kita berani untuk memulai, bukan hanya berangan-angan.
Sejak awal menikah, keinginan untuk berkebun sudah ada, sehingga begitu kami menempati rumah sendiri, selain fokus renovasi, kami juga fokus menyediakan lahan untuk menanam terutama sayuran. Apa yang telah kami tulis di blog ini dari Organik di Pekarangan Rumah, Organik di Pekarangan Rumah-Polibag dan Sayuran Organik di Pekarangan - Pot, merupakan perkembangan yang telah kami lakukan. 
Dan sekarang, meskipun sempit, pekarangan kami sudah seperti hutan, di mana-mana kami penuhi tanaman. Bagi kami, dimana ada lokasi yang mendapatkan sinar matahari, maka lokasi itu akan kami manfaatkan untuk menanam.

Pendopo...
Pendopo yang ada di pekarangan belakang, dulu beratap genting dan fungsinya terbatas hanya untuk bersantai. Seiring berjalannya waktu, kami berusaha mencari ide bagaimana supaya tanaman yang kami tanam lebih banyak dan bermacam-macam. Akhirnya ide muncul untuk menjadikan pendopo lebih manfaat, terutama untuk menanam. Melalui proses awal yang panjang dan penuh keragu-raguan, akhirnya kanopi transparan menjadi pilihan yang tepat.

Pendopo saat masih beratap genteng.

Setelah atap pendopo berubah menjadi kanopi, kami mencoba menanam pare sebagai percobaan, perlahan dan pasti ternyata pare pun mulai "bergelayutan".
Tidak berhenti di atap pendopo, di samping pendopo yang masih ada sedikit lahan, akhirnya kami manfaatkan untuk menanam.


Pare perdana, harus diabadikan he..


Lahan di samping pendopo yang kami fungsikan.

Setelah pare berakhir, markisa jumbo telah menggantikkannya sampai saat ini.


Eranya markisa jumbo.

Kolam Koi...
Bergerak dan bergerak lagi, setelah melihat keberhasilan pare di pendopo, kami mencoba mencari lahan lagi untuk menanam. Pilihan jatuh pada kolam koi. Ya... supaya lahan di sekitar kolam dapat bermanfaat lebih. Di atas kolam kami pasang para-para untuk tanaman anggur, dan tanaman rambat lain seperti gambas, pare, dan entah apalagi, semua akan berkembang
.

Di atas kolam koi kami gunakan untuk tanaman merambat.


Daun & buah belimbing wuluh memiliki banyak manfaat,
maka kami menanam di belakang kolam koi. 

Jemuran...
Di depan jemuran ada sedikit lahan, kami juga memanfaatkan untuk menanam terong, buncis, dan terkadang bayam.


Di depan jemuran ada sedikit lahan, terong yang kami pilih.


Buncis kami rambatkan di tiang jemuran.
Sejak tahun 2014, lahan di depan jemuran kami fungsikan untuk Akuaponik Ikan Koi. Di samping akuaponik masih tersisa lahan, dari pagi sampai siang selalu terpapar sinar matahari. Menanam secara "vertical" akhirnya menjadi pilihan, meskipun masih mencoba, kami berharap dapat berhasil.




Pekarangan depan...
Lokasi di pekarangan depan sebenarnya lokasi yang ideal untuk menanam sayuran, karena mendapatkan sinar matahari sepanjang pagi sampai sore, tapi sayang pohon mangga yang "menjaga" pekarangan depan membuat kami kesulitan untuk menanam sayuran. Tentu kami tidak menyerah begitu saja, pohon mangga kami fungsikan untuk tanaman yg merambat seperti markisa jumbo, oyong, kacang panjang, kecipir dan sekarang eranya tanaman koro he.. 


Bagian depan rumah ada lahan kecil, markisa jumbo jadi pilihan.

Waktu terus berjalan, perubahan terus kami lakukan supaya lahan lebih beranfaat.


Bagian depan harus dimanfaatkan.


Pohon mangga jadi sasaran cipir, kacang panjang dan gambas bestru.

Pohon mangga adalah "penjaga" pekarangan depan bagian timur, untuk bagian barat meskipun ada lahan, tapi terpakai untuk jalan. Tapi, kami masih bisa memanfaatkan untuk bagian yang kosong.


Depan pun bisa kami manfaatkan.


Menikmati hasil untuk lalapan.


Kacang panjang dan cipir siap dimasak.


Burger buatan istri, dengan sayuran dari pekarangan sendiri
ditambah jus markisa jumbo panen sendiri, lengkap sudah.

27 Februari 2014

Hari ini markisa jumbo yang kami tanam di pendopo akhirnya matang dan bisa kami petik untuk kami nikmati dalam bentuk jus.

Akhirnya berhasil juga..


Kami masih terus melakukan perubahan dan kreasi sederhana di pekarangan sempit kami, semoga bermanfaat...

Tulisan kami memang masih jauh dari sempurna,  penyempurnaan akan terus kami lakukan...

14 comments:

  1. waah seneng liat tanamannya..
    Saya juga punya cita2 pengen memanfaatkan pekarangan rumah di jogja, tapi masih belum kesampaian.
    Tapi sekarang masih coba2 tanam sawi, kangkung, kacang, terong, cabe tomat, bayam, dan daun bawang di halaman belakang rumah dinas (kebetulan merantau di lampung). Kenapa yaa kangkung say kok agak kuning, apa nanamnya terlalu dekat ya...

    Keep posting tanamannya pak, bikin saya tambah semangat berkebun secara organik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih
      Sabar ya Mbak.. nanti pasti kesampaian.. asal jangan dijual tanahnya hehe..
      Ikut senang mendengarnya sudah menanam... tetap semangat terus...pokoknya manfaatin semua pekarangan yang ada supaya menjadi lebih bermanfaat he...
      Daun yang menguning kemungkinan kekurangan salah satu unsur hara, mungkin pupuk komposnya bisa lebih diperbanyak. Wadah yang kecil sedangkan tanaman banyak, tentu membuat nutrisi menjadi kurang, itu bisa menyebabkan tanaman tidak subur dan gampang terserang penyakit.
      Menanm terlalu dekat juga kurang baik, selain akar saling berebut nutrisi, daun yang saling menutup akan membuat hama banyak bersarang dibawah daun.

      Ok.. pokoknya akan terus berbagi....
      Terimakasih...

      Delete
  2. O, ya cari bibit markisa jumbo dimana??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk markisa jumbo memang masih jarang, mungkin kalo berminat akan saya kasih.. dulu saya juga diberi oleh teman.
      Tapi untuk saat ini belum berbuah lagi jadi belum punya bijinya, nanti kalo berbuah lagi dan masih berkenan bisa saya kasih.

      Delete
  3. Mas Nanang memang pecinta lingkungan sejati. Bioporinya mantap. Semoga semakin banyak yang mengikuti jejak mas Nanang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Om.. tapi berlebihan ha.. ha...
      Saya sedih aja Om, gak kebayang apa jadinya masa depan nanti kalo kita tidak memulai dari lingkungan kita sendiri, semoga bisa menular ke keluarga yang lain....
      Kadang saya berfikir... sekarang siapa lagi yang mau mengajarkan tentang alam, sementara sekolah formal dari tingkat TK, SD dan SMP tidak diajarkan minimal tentang menanam... kecintaan terhadap alam akan muncul jika sejak usia dini sudah dikenalkan kepada alam... minimal menanam... iya kan Om... hehe...
      Terimakasih Om...

      Delete
  4. Mas Nanang sangat benar sekali, saat ini generasi kita kurang mencintai alam. Ada yang memang belum sadar dan ada yang memang tidak mau tahu. Mas Nanang sangat cocok sebagai teladan yang pantas dicontoh oleh semua orang untuk lebih mencintai alam melalui hobi bercocok tanam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Om atas pujiannya.... he...
      Mari sama-sama menularkan virus hijau Om... biar bumi ini tetap sejuk dan nyaman untuk kehidupan....

      Delete
  5. tamannya indah dan bermanfaat sekali pak... salut heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih pujiannya Mas Fajar...
      Lebih banyak menanam, lebih banyak manfaatnya... mari menanam Mas he.. he.. he...

      Delete
  6. Wah menambah semangat saya untuk menanam.
    Perkenalkan saya Budi Winarno,asal Jakarta.
    saya rasa apa yang jadi impian dengan Mas nanang,sama apa yang saya impikan juga.
    karena lahan tidak punya,tempat kerjapun saya jadikan lahan bercocok tanam,mulai dari Cabe,pare,terong,kecipir,dan saat ini sedang mulai panen,timun suri yang bisa dinikmati seluruh teman-teman kerja.
    Untuk saat ini harga cabe yang menembus 100 ribu/Kg,alhamdulilah saat ini tidak perlu beli cabe lagi,karena setiap 3 hari sekali bisa memanen cabe.
    Mas Nanang tinggal di daerah mana?kita bisa share untuk bercocok tanamnya.Syukur2 ( berharap dot kom)boleh minta biji markisa besarnya,karena selama ini saya coba cari untuk beli susah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga Mas/Pak Budi Winarno..
      Memang menanam dan menikmati hasil jerih payah sendiri punya kepuasan lebih ya Pak... sangat menyenangkan rasanya... apalagi saat mahal gini benar benar seperti anugerah he...
      Tanaman Bapak lengkap juga meskipun dikantor he.. Pasti teman-teman bapak juga ikut tertular menanam..
      Saya tinggal di Yogyakarta Pak.. tentu saja bisa Pak dengan senang hati, saya juga sering minta ke teman-teman bibit tanaman untuk koleksi di halaman...yang terakhir minta pohon kelor, padahal sudah lama saya mencari-cari hehe...
      Untuk markisa tentu boleh Pak, kebetulan ada teman juga dari NTT yang minta.. kemarin baru saja panen 2 buah.. sudah saya sisihkan bijinya, tapi naas semuanya dihabisi tikus hehe.. Tapi masih ada sisa, nanti coba saya bagi 2 buat yang di NTT sama Bapak... Bisa kirim alamat ke email saya Pak..

      Terimakasih...

      Delete
  7. Hy mas perkenalkan saya rika. Saya tertarik sekali dengan buah markisa nya boleh tdk minta bijinya? Kalau boleh tau kacang panjang anda menanam dari apa? Terimakasih. Rika di bogor

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih Rika (mas/Mbak).
      Untuk saat ini belum ada, tapi coba nanti saya cari dulu semoga ada biji yang saya simpan, tolong kirim alamat via email, siapa tahu ada, atau jika nanti berbuah lagi saya keringkan bijinya.
      Untuk kacang panjang saya menanm dari biji.

      Trimakasih.

      Delete