Sunday 7 October 2018

Belajar Akuaponik Sistem DFT #3

Artikel sebelumnya Belajar Akuaponik Sistem DFT #2, telah didapat hasil yang memang kurang bagus, sekarang kita mengembangkan dari yang telah didapat sebelumnya. Memang prosesnya lama, sampai menuggu panen, harap maklum lahan belajar kita sempit, dan pralon hanya tersedia sedikit, tapi yang penting semangat belajar dan mencoba tak pernah berhenti.
Bila artikel sebelumnya media pasir malang diisi penuh, yang sekarang dikurangi hanya sekitar 3/4 saja. Ada 1 wadah yang diisi 3/4, tapi lubang samping pada wadah dibuat di bagian bawah saja. Kita akan lihat bagaimana pertumbuhannya dibandingkan dengan yang lain, apakah ada perbedaan ?.

Pada tanggal 24 Agustus 2018, benih yang telah disemai ala Wana Wana yaitu dengan menggunakan endapan kotoran ikan sudah siap dipindah. Seperti sebelumnya, pemindahan dilakukan sore hari, dan saat dipindah, endapan yang menempel pada akar tidak dibersihkan, hal itu membuat tanaman mudah beradaptasi.


Pembenihan ala Wana Wana

Seiring waktu semua tanaman tumbuh dengan baik, tidak ada yang disulam, karena sejak awal endapan yang menempel di akar tanaman tidak dibersihkan tapi tetap dibiarkan menempel. Selama proses pertumbuhan tidak ada kendala, semua berjalan normal, hanya sesekali membersihkan pompa yang sudah kotor. 
Rangkuman perkembangan tanaman coba saya bagikan lewat foto-foto di bawah ini.


10 hari setelah tanam.


31 hari setelah tanam


41 hari setelah tanam


Tampak dari bawah


Tampak samping


Tampak atas

Dari foto-foto di atas akhirnya bisa dilihat perbedaan pertumbuhan tanaman. Kebetulan saya melihat secara langsung di lapangan jadi bisa melihat dengan jelas perbedaannya. Jika saya golongkan, pertumbuhan tanaman bisa dibagi menjadi 3.

1. Tanaman yang tumbuh sangat merana, sangat kurang subur dibanding yang lain (lihat pada foto-foto di atas). Tanaman tersebut tumbuh pada wadah yang bagian samping dilubang hanya bagian bawahnya saja, dan bagian bawah yang berlubang tersebut terendam air. 




2. Tanaman bisa tubuh lebih subur, tanaman yang ada digolongan ini, wadah dan media di dalamnya bersentuhan dengan air lebih tinggi, hal ini akibat kemiringan pralon/pvc, yang jika saya gambarkan seperti ini




Tanaman yang ada di golongan ini posisinya ada di sebelah kanan atau yang level airnya lebih tinggi.

3. Tanaman paling subur dan paling tinggi, sama seperti golongan ke-2, wadah diberi lubang samping sampai 3/4 bagian dan media juga sampai 3/4 bagian. Hanya saja tanaman pada bagian ini, level air di peralon lebih rendah sehingga tidak banyak terendam air, mungkin hal ini yang membuat tanaman lebih subur karena banyak oksigen yang bisa diserap.




Dari pengalaman ini saya mencoba mendesain lagi wadah yang nantinya diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi. Mungkin sekian dulu, kita ketemu pada ujicoba berikutnya yang sudah dimulai.

Bersambung...

2 comments:

  1. halo ms nanang, terima kasih udah mendokumentasikan hobinya dengan lengkap, saya udah 1/2 tahun menanam hidroponik, gegara baca2 blog mas nanang jadi pengen nyobain akuaponik :)

    sekarang ini saya berhidroponik di atap, di dak lantai 2, nah kalau pengen nyobain akuaponik, kira2 kalau kolam nya dari terpal bisa nggak ya? takut mati ikannya

    ReplyDelete
  2. Halo juga mas Sulistiawan, maaf baru bisa balas akhir2 ini bayak kerjaan numpuk.. he...

    Kalo dari hidro tentu teknik menanam sudah lebih paham. Untuk penggunaan terpal tentu bisa dan tidak ada masalah, hanya mungkin cari terpal yang bagus biar tidak mudah sobek/bocor. Bisa juga pake drum plastik besar kalo untuk mencoba.
    Biar tidak takut ikan mati memang harus dipahami dulu karakter ikan, misal seperti lele dan gurami yang lebih tahan. Untuk nila atau ikan hias nah itu tentu lebih ektra karena lebih rentan.
    Untuk belajar mungkin tidak perlu banyak banyak, namanya gagal/mati tentu biasa tapi itu bagian dari sebuah proses dimana kita semakin lebih paham.
    Selamat mencoba mas, ada yang kurang paham bisa ditanyakan.

    Trimakasih.

    ReplyDelete