Saturday, 8 April 2017

Buncis Akuaponik

Dalam rangka memperbanyak jenis sayuran di kebun agar menu makanan lebih bervariasi, akhirnya kami mencoba menanam buncis. Penanaman kami lakukan di sistem akuaponik bukan di tanah, karena kebetulan beberapa growbed masih longgar.
Dalam menanam buncis ini, kami menanam dengan menggunakan 2 sistem yang berbeda yang pertama dengan sistem DFT (Deep Flow Technique) dan yang ke-2 dengan sistem pasang surut. Keduanya kami tanam langsung dari biji sekitar tanggal 7 Februari 2017. Meskipun dengan metode berbeda, tapi keduanya berasal dari kolam yang sama yaitu kolam fiber, sehingga dapat dikatakan sumber nutrisi keduanya sama. Ikan yang dipelihara pada kolam tersebut ada nila, grasscarp, wader, jumlahnya tidak begitu banyak.

Untuk sistem DFT, kami menggunakan wadah bekas minuman mineral yang diberi lubang di bagian bawah. Pada wadah tersebut, lapisan bawah diberi rockwoll dan bagian atas diberi arang sekam padi. Selain untuk penyerapan, rockwoll kami maksudkan untuk menahan arang sekam supaya tidak jatuh. 
Masa diawal-awal pertumbuhan terlihat bagus, namun seiring waktu tanaman terlihat kurang subur, daun yang tumbuh hanya sedikit dan berwarna agak kekuning-kuningan, sebagai tanda kurang nutrisi. Walau begitu kami biarkan sampai akhirnya setelah lebih dari 1 bulan, muncul bunga walau hanya sedikit. Meski terlihat kurang subur, namun ada beberapa bunga yang tidak rontok dan bisa berbuah walau hanya 2. Meskipun hanya 2 tetap kami terima dengan penuh syukur.


Buncis yang baru saja tumbuh.


Hanya muncul 2 buah saja he...

Untuk sistem pasang surut, karena pencahayaan yang lebih minim, membuat tanaman lebih jangkung. Lokasi tempat menanam buncis tersebut memang hanya mendapatkan sinar setelah jam 10 pagi, sampai kira-kita jam 4 sore, karena terhalang tembok 2 lantai. Karena kendala tersebut, sejak awal kami tidak punya harapan besar akan berbuah banyak. Pada sistem pasang surut ini kami menggunakan media batu kerikil.


Buncis yang jangkung.


Seiring waktu, tanaman tumbuh semakin tinggi, meskipun terlihat kurus dengan daun yang relatif sedikit, namun daun buncis tersebut terlihat normal, berwarna hijau. Sama seperti pada sistem DFT, sebulan lebih akhirnya bunga berwarna ungu bermunculan, namun untuk yang sistem pasang surut  ini, bunga jauh lebih banyak dan buah yang jadi juga lebih banyak. 


Buah yang jadi lebih banyak.


Meskipun buah agak banyak, tapi daunnya tetap tidak rimbun. Namun, entah benar atau tidak atau perasaan kami saja, setelah saya membersihkan atap dan sinar yang masuk lebih banyak, seiring waktu, sepertinya pertumbuhan buncis lebih bagus, dengan daun yang lebih rimbun. 
Panen buncis akuaponik yang pertama oleh istri dimasak untuk campuran sambal goreng, dan yang ke-2 belum dipanen. Untuk panenan ke-2 ini, rasanya belum cukup untuk dibuat tumis, masih terlalu sedikit he.... Untuk selanjutnya dari pengalaman ini kami akan menanam lebih banyak lagi, paling tidak 5 pohon biar panenan lebih banyak.



Daun lebih rimbun.


Kami tak bisa menyimpulkan tentang hasil dari penananam buncis dengan dua metode yang berbeda ini, tapi setidaknya kami bisa membagikan pengalaman kami dalam menanam buncis baik dengan metode DFT dan pasang surut. Demikian secuil pengalaman kami, semoga bisa bermanfaat.


Trimakasih, salam akuaponik 

Wana Wana



No comments:

Post a Comment